Kiai Said: Puasa tak Hanya Menahan Makan, tapi Menjaga Lisan

Red: Mas Alamil Huda

Selasa 13 Apr 2021 21:47 WIB

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj. Foto: Republika/Thoudy Badai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, menjalani ibadah puasa bukan hanya sekadar menahan makan dan minum sejak Subuh hingga terbenamnya matahari. Namun, puasa juga berarti menjaga lisan dari perkataan buruk.

"Saya ajak mari kita tingkatkan shiyam bukan sekadar meninggalkan makan dan minum, tetapi menjadi shaum yakni imsakil hawainnafs (mencegah ajakan hawa nafsu) serta mencegah lisan dan mulut dari hal-hal yang tidak benar, hoaks, menyebar fitnah, caci maki, adu domba," ujar Said Aqil, Selasa (13/4).

Menurut Kiai Said, hati dan jiwa yang bersih serta pemikiran yang jernih dapat menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu yang selalu menggoda selama menjalankan ibadah saat Ramadhan. Maka dari itu, ia mengajak masyarakat untuk merayakan Ramadhan dengan gembira disertai hati yang bersih sembari berharap pengampunan dan keberkahan dari Sang Maha Pencipta.

"Mari kita songsong bulan suci Ramadhan dengan hati gembira. Di bulan ini semua pintu maaf terbuka. Mari perbaiki ibadah dan perbanyak kebaikan," kata dia.

Said Aqil mengatakan, Ramadhan mesti dijadikan sebagai momentum kerohanian untuk menyucikan diri dengan meningkatkan ketakwaan. Di antara cara untuk meningkatkan ketakwaan adalah dengan memperbanyak membaca Alquran, berzikir, dan beribadah dengan penuh khusyuk.

Tak hanya itu, keberkahannya harus diisi dengan berbagai aktivitas sosial yang bermanfaat. "Sekali lagi saya ingatkan agar kita bukan hanya puasa dalam arti terminologi syariah tetapi juga puasa hakikat yaitu shaumi hawainnafs. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan shaum yang berkualitas," katanya.

PBNU juga mengajak umat untuk mematuhi seluruh keputusan pemerintah termasuk panduan-panduan saat menjalani ibadah Ramadhan yang seyogyanya demi memutus rantai penularan Covid-19. "Mematuhi dan menaati keputusan, kebijakan, dan imbauan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 untuk melaksanakan silaturahim di Hari Raya Idul Fitri 1442 H secara daring dengan tanpa mengurangi esensi dan nilai silaturahim," kata Said.

Umat diajak untuk senantiasa meningkatkan amaliah keagamaan serta berupaya taqorrub kepada Allah SWT, memakmurkan masjid dan mushola dengan melaksanakan salat fardu berjamaah, sholat tarawih berjamaah, tadarus Alquran, iktikaf, dan memperbanyak amalan sunah lainnya. Kendati demikian, semuanya wajib dilakukan dengan tetap mematuhi protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah.