Selasa 13 Apr 2021 13:06 WIB

Gubernur NTT Tutup Kamp Pengungsian Seroja

Pengumpulan pengungsi di satu tempat dikhawatirkan akan memicu penyebaran Covid.

Sejumlah pengungsi banjir bandang beristirahat di posko pengungsian MAN 2 Weiwerang, Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (7/4/2021). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 18 tempat pengungsian di enam kabupaten yang menampung pengungsi bencana alam yang dipicu akibat dari siklon tropis Seroja.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Sejumlah pengungsi banjir bandang beristirahat di posko pengungsian MAN 2 Weiwerang, Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (7/4/2021). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 18 tempat pengungsian di enam kabupaten yang menampung pengungsi bencana alam yang dipicu akibat dari siklon tropis Seroja.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG  -- Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat berharap para pengungsi terdampak bencana badai siklon tropis Seroja tidak menempati kamp pengungsian. Hal itu  guna menghindari terjadinya penularan Covid-19.

"Sebaiknya warga tidak dikumpulkan terpusat di kamp pengungsian karena bisa berpotensi adanya penularan Covid-19," kata Viktor di Kupang, Selasa, terkait upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di tengah bencana alam badai Seroja.

Baca Juga

Ia mengatakan untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang masih terjadi di provinsi berbasis kepulauan ini maka warga yang terdampak bencana alam, lebih baik disebarkan ke rumah-rumah penduduk yang tidak terdampak bencana."Korban bencana ini sebaiknya disebar ke rumah-rumah warga yang bersedia menampung para korban yang tertimpa bencana," kata Viktor.

Menurutnya, BNPB akan menyiapkan anggaran sewa rumah bagi para korban terdampak bencana alam badai seroja sebesar Rp500 ribu/bulan untuk biaya kontrakan. Biaya kontrakan rumah itu diberikan sambil menunggu proses relokasi dilakukan pemerintah.

Viktor mengapresiasi Dinas Kesehatan Kota Kupang yang melakukan upaya antisipasi secara dini terhadap penyebaran Covid-19 dengan melakukan rapid antigen terhadap para pengungsi di kamp-kamp pengungsian.

Menurut Viktor, apabila diperlukan rapid antigen dilanjutkan dengan tes PCR kepada semua korban yang ada di lokasi pengungsian untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement