Senin 12 Apr 2021 13:02 WIB

Pejabat CDC China Akui Kelemahan Vaksin Lokal

China mempertimbangkan mencampurkan vaksin untuk tingkatkan efektivitas.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Sinovac pada vaksinasi massal untuk dosen universitas di Medan, Sumatera Utara, Senin (29/3). Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Cina, Gao Fu, mengaku tentang kelemahan vaksin virus corona buatan dalam negeri.
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Sinovac pada vaksinasi massal untuk dosen universitas di Medan, Sumatera Utara, Senin (29/3). Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Cina, Gao Fu, mengaku tentang kelemahan vaksin virus corona buatan dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) China, Gao Fu, mengaku tentang kelemahan vaksin virus corona buatan dalam negeri. Pernyataan ini menjadi pengakuan yang jarang terjadi tentang kekurangan tersebut.

Pemerintah China saat ini sedang mempertimbangkan mencampurkannya untuk mendapatkan dorongan yang lebih efektif. "Vaksin China tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi," kata Gao pada konferensi di kota barat daya Chengdu pada Sabtu (10/4).

Beijing telah mendistribusikan ratusan juta dosis ke luar negeri. Negara ini pun mencoba mendorong keraguan tentang keefektifan vaksin Pfizer-BioNTech yang dibuat menggunakan proses messenger RNA atau mRNA.

"Sekarang dalam pertimbangan formal apakah kami harus menggunakan vaksin yang berbeda dari jalur teknis yang berbeda untuk proses imunisasi," kata Gao.

Pada Ahad (11/4), pejabat pemerintahan China tidak menanggapi secara langsung pertanyaan tentang komentar Gao atau kemungkinan perubahan dalam rencana resmi. Namun, pejabat Pusat Pengendalian Penyakit China lainnya mengatakan, pengembang sedang mengerjakan vaksin berbasis mRNA.

Para ahli mengatakan, mencampurkan vaksin atau imunisasi berurutan dapat meningkatkan efektivitas. Para peneliti di Inggris sedang mempelajari kemungkinan kombinasi Pfizer-BioNTech dan vaksin AstraZeneca yang saat ini sedang menjadi kontroversi akibat laporan pembekuan darah usai menerima suntikan.

sumber : AP News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement