Senin 12 Apr 2021 04:23 WIB

Israel Akhirnya Terima AS Kembali ke Kesepakatan Nuklir Iran

Israel sebelumnya menentang keras keinginan AS untuk kembali ke JCPOA.

Rep: Rizky Jaramaya/Reuters/ Red: Joko Sadewo
 Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz
Foto: AP/Alex Kolomoisky/YEDIOT AHARONOT POOL
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel berkomitmen untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan terhadap kesepakatan nuklir Iran (JCPOA). Israel sebelumnya menentang keras keinginan AS untuk kembali ke JCPOA.

Amerika Serikat menyuarakan harapan bahwa keamanan Israel akan dilindungi, ketika Washington kembali bergabung dengan JCPOA. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, Israel memandang AS sebagai mitra penuh di semua wilayah operasional, termasuk Iran.

 

"Kami akan bekerja erat dengan sekutu kami, Amerika, untuk memastikan bahwa setiap perjanjian baru dengan Iran akan mengamankan kepentingan vital dunia dan AS, mencegah perlombaan senjata berbahaya di wilayah kami dan melindungi Negara Israel," ujar Grantz, setelah bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Llyod Austin. 

 

Austin memandang aliansi dengan Israel sebagai pusat keamanan regional. Dalam pidatonya, Austin tidak menyebutkan Iran secara spesifik. Dia mengatakan, pemerintahan Biden akan terus memastikan keunggulan militer kualitatif Israel di Timur Tengah.

 

“Hubungan bilateral kami dengan Israel, khususnya merupakan pusat stabilitas dan keamanan regional di Timur Tengah. Selama pertemuan kami, saya menegaskan kembali kepada Menteri Gantz bahwa komitmen kami kepada Israel bertahan dan sangat kuat," kata Austin.

 

Washington telah berusaha meyakinkan Israel terkait masalah keamanan regional, dan memulai kembali pembicaraan mengenai kembalinya AS ke kesepakatan nuklir Iran, (JCPOA). Israel menolak kembalinya AS ke JCPOA. Israel menilai kesepakatan tersebut merupakan pembatasan sementara terhadap kemampuan nuklir Iran. Dalam jangka panjang, kesepakatan itu akan membuka jalan bagi Teheran untuk memproduksi bom.

 

Israel dan Iran dalam beberapa pekan terakhir melaporkan sabotase ke kapal mereka di laut. Pada Selasa (6/4) sebuah kapal kargo Iran diserang di Laut Merah. Al Arabiya TV dan kantor berita semi-resmi Iran Tasnim mengatakan, kapal itu menjadi sasaran ranjau limpet.

 

Al Arabiya mengutip seorang sumber yang mengatakan, kapal itu diserang di lepas pantai Eritrea dan diduga berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran. Sementara Tasnim mengidentifikasi kapal itu sebagai Iran Saviz.  

 

"Kapal Iran Saviz telah ditempatkan di Laut Merah selama beberapa tahun terakhir untuk mendukung pasukan komando Iran yang dikirim dalam misi pengawalan kapal komersial (anti-pembajakan)," lapor Tasnim.

 

Ini adalah serangan terbaru dari serangkaian serangan yang dilaporkan terhadap kapal kargo milik Israel dan Iran sejak akhir Februari. Kedua negara saling menuduh satu sama lain untuk bertanggung jawab atas serangan itu. Pejabat Israel menolak berkomentar tentang serangan yang dilaporkan terhadap kapal kargo Iran.

 

Ada tiga serangan lain yang dilaporkan terhadap kapal kargo milik Iran atau Israel sejak 25 Februari. Pada 25 Maret, sebuah kapal kargo milik sebuah perusahaan Israel dirusak oleh rudal di Laut Arab. Seorang pejabat senior keamanan Israel menduga serangan itu dilakukan oleh Iran. 

 

Dua minggu sebelumnya, media pemerintah Iran mengutip seorang penyelidik Iran yang mengatakan Israel kemungkinan besar berada di balik ledakan yang menyebabkan kebakaran kecil kapal kontainer Iran di Mediterania. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz menolak berkomentar langsung pada saat itu, tetapi mengatakan Iran secara teratur mengirim senjata ke proxynya di wilayah tersebut.

 

Pada 26 Februari, Netanyahu menyalahkan Iran atas ledakan di atas kapal pengangkut kendaraan milik Israel di Teluk Oman. Seorang pejabat AS mengatakan ledakan itu membuat kedua sisi lambung kapal berlubang. Sementara seorang pejabat Israel mengatakan serangan tersebut menggunakan ranjau limpet. Iran menolak bertanggung jawab atas serangan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement