Rabu 07 Apr 2021 09:24 WIB

AS tak Menarget Ada Solusi dalam Pembicaraan dengan Iran

AS memprediksi pembicaraan mengenai nuklir Iran akan berlangsung alot

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Anggota delegasi meninggalkan mobil mereka saat mereka tiba di depan Grand Hotel Wien di Wina, Austria, Selasa, 6 April 2021. Pejabat kementerian luar negeri dari negara-negara tersebut masih dalam kesepakatan, yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama, bertemu di Wina untuk mendorong upaya membawa Amerika Serikat kembali ke kesepakatan 2015 tentang program nuklir Iran.
Foto: AP/Florian Schroetter
Anggota delegasi meninggalkan mobil mereka saat mereka tiba di depan Grand Hotel Wien di Wina, Austria, Selasa, 6 April 2021. Pejabat kementerian luar negeri dari negara-negara tersebut masih dalam kesepakatan, yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama, bertemu di Wina untuk mendorong upaya membawa Amerika Serikat kembali ke kesepakatan 2015 tentang program nuklir Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah menunggu pembicaraan tidak langsung dengan Iran pada Selasa (6/4) mengenai kesekapatan nuklir 2015. 

Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price ada beberapa hal terkait kesepakatan nuklir Iran pada 2015 yang menjadi sulit bagi masing-masing pihak. Pembicaraan tidak langsung antara para pejabat kedua negara dijadwalkan diselenggarakan di Ibu Kota Wina, Austria, dengan pejabat Eropa bertindak sebagai perantara.

Baca Juga

“Ini adalah hari-hari awal. Kami tidak mengantisipasi terobosan awal atau segera karena diskusi ini kami perkirakan sepenuhnya akan sulit,” ujar Price, dilansir The Arab Weekly, Selasa (6/4).

Pembicaraan tidak langsung AS dan Iran diharapkan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, di mana sanksi ekonomi terhadap Iran akan dikurangi dengan imbalan berupa pembatasan program nuklir negara itu. Utusan khusus AS untuk Iran, Rob Malley akan memimpin delegasi di Wina. 

Malley mengatakan jika salah satu pihak mengambil posisi maksimal dan mengatakan bahwa pihak lain harus melakukan semuanya terlebih dahulu sebelum bergerak, maka akan sulit untuk melihat bagaimana ini berhasil. Kesepakatan nuklir tersebut, yang secara resmi dinamai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), disepakati oleh Iran dan enam negara yaitu Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS.

AS menarik diri dari kesepakatan tersebut di era kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Hal itu membuat sanksi terhadap Iran kembali diberlakukan, sehingga negara Timur Tengah itu melanggar beberapa pembatasan yang ada dalam ketentuan sebagai langkah balasan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement