Selasa 06 Apr 2021 15:16 WIB

Masyumi Reborn, 2049, dan Sasaran Suara Umat yang 'Piknik'

Masyumi Reborn optimistis meraih suara umat yang belum terakomodasi partai Islam.

Masyumi Reborn
Foto: Daan Yahya
Masyumi Reborn

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Febrianto Adi Saputro

Masyumi Reborn telah resmi mengumumkan kepengurusan partai untuk periode 2021-2026 di mana Ahmad Yani ditetapkan sebagai ketua umum. Ahmad Yani menegaskan, kehadiran Masyumi bukan untuk merebut suara dari partai Islam lain yang sudah eksis.

 

"Jangan kita menganggap musuh lima partai Islam itu, dia adalah sahabat kita, dia adalah kawan kita, dia adalah mitra perjuangan kita. Kita akan bahu-membahu seperti itu," ujar Ahmad Yani dalam keterangan pers video pengumuman kepengurusan Partai Masyumi yang dikutip Selasa (6/4).

Baca Juga

Bersatunya partai-partai Islam di Indonesia diharapkannya dapat menanamkan semangat dan nilai-nilai Islam dalam bernegara. Masyumi pun memanggil masyarakat yang pernah bernaung di bawah panji bulan dan bintang untuk membawa kembali kejayaan partai.

"Saya rasa Masyumi akan memanggil, apa yang memanggil? Masyumi ingin memanggil anak cucu kita keturunan pencinta Masyumi. Untuk kembali kepada rumahnya, inilah rumahnya, Masyumi ini," ujar Ahmad Yani.

Ia menjelaskan, Partai Masyumi tidak akan mengambil ceruk yang sama dengan partai Islam lain yang sudah ada. Partai berlambang bulan dan bintang itu akan mengambil suara dari umat Islam yang masih belum mengambil keputusan terhadap suatu partai.

"Kita ingin mengambil suara-suara umat Islam yang lagi 'piknik', saya selalu mengatakan suara umat Islam yang lagi 'bertamasya'. Nah, itu sasaran kita itu," ujar Ahmad Yani.

 

Berdasarkan hasil survei yang dikutipnya, saat ini baru 10 persen masyarakat yang secara resmi terasosiasi dengan partai politik tertentu. Sementara, masih ada 90 persen lainnya yang dinilainya masih dapat berubah arah politiknya.

"Insya Allah, melalui Masyumi ini, nanti ke depan, insya Allah, Allah takdirkan kita bisa menjadi lokomotif, menjadi pemersatu. Kita akan membentuk fraksi Islam di parlemen," ujar petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu.

Di samping itu, ia mengeluhkan perolehan suara partai-partai Islam yang tak mencapai 30 persen pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Padahal, mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam.

"Habisnya suara Islam juga tidak masuk ke partai-partai Islam, artinya ada potensi cukup besar untuk kita mencari ceruk yang berbeda. Kita tidak ingin mengambil ceruk yang sama," ujar Ahmad Yani.

Pihaknya berencana meluncurkan partai secara resmi pada 10 atau 17 Ramadhan tahun ini. Ia ingin kembali hadirnya Partai Masyumi bertepatan dengan waktu yang bersejarah pada masa lalu.

"Insya Allah, kalau tidak ada halang melintang, Partai Masyumi ini akan melakukan soft launching itu pilihannya masih dua. Apakah tanggal 10 Ramadhan bertepatan dengan 17 Agustus tahun 1945 atau kita memilih tanggal 17 Ramadhan, itu adalah hari Nuzulul Quran," ujar Ahmad Yani.

Adapun tempat peluncuran Partai Masyumi rencananya akan dilakukan di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta. Sebab, sosok Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Buya Hamka yang membesarkan masjid tersebut merupakan salah satu tokoh Partai Masyumi.

"Masjid Agung Al-Azhar ini adalah yang digawangi oleh Buya Hamka, Buya Hamka adalah salah satu tokoh Masyumi sendiri itu. Jadi, kita ingin mengambil sejarah itu," ujar Ahmad Yani.

Sementara itu, Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi Abdullah Hehamahua mengajak kembali masyarakat yang pernah bernaung di bawah bendera bulan dan bintang. Jika persatuan kembali terjadi di partainya, kejayaan Masyumi dinilainya akan kembali pada 2049.

"Satukan hati, luruskan niat, kibarkan bendera merah putih dan hijau hitam, Masyumi untuk bisa mencapai kejayaan minimal (pada) 2049. Paling jauh 2045, syukur-syukur 2024, Anda bisa menjamin kejayaan," ujar Hehamahua.

Pada kejayaannya di Pemilu 1955, Partai Masyumi meraih 57 kursi untuk Konstituante. Sama dengan jumlah yang diperoleh Partai Nasional Indonesia (PNI) saat itu.

"Tapi, tidak berhasil mengegolkan Islam sebagai dasar negara, maka kemudian Sukarno menerbitkan keputusan presiden untuk membubarkan Masyumi. Tapi, sebelum terbit keppres itu, pimpinan dengan pertimbangan semuanya kemudian menyatakan diri membubarkan Partai Masyumi," ujar Hehamahua.

Setalah pembubaran Partai Masyumi pada 1959, cerita Hehamahua, partai berlambang bulan dan bintang itu sebetulnya berusaha untuk bangkit kembali. Namun, usaha yang dilakukan pada Orde Baru disebutnya sulit sehingga urung terlaksana waktu itu.

Baru setelah reformasi, Partai Masyumi kembali lahir. Meski waktu itu, perolehan suara yang diperoleh pada pemilihan umum (Pemilu) 1999 tak seperti kejayaannya pada masa lalu.

"Kemudian tidur lagi dan sekarang waktunya untuk kita kembali lagi," ujar Hehamahua.

Hehamahua mengaku, ingin menyelamatkan partai berlambang bulan dan bintang itu sebelum dirinya tutup usia. "Dalam kondisi gonjang-ganjing internal keluarga besar Masyumi, saya sebelum menutup mata, saya tampil ke depan untuk menyelamatkan kondisi internal umat Islam, khususnya Masyumi," ujar Hehamahua.

Sebagai salah satu sosok yang hadir sejak kejayaan Partai Masyumi dulu, Hehamahua mengatakan bahwa dia memiliki tanggung jawab moral terhadap partai ini. Setelah senior-senior Partai Masyumi telah meninggal, seperti Muhammad Natsir, Mohammad Roem, Yunan Nasution, dan Husein Umar yang telah meninggal dunia.

"Abdullah Hehamahua mengatasnamakan HMI dan itu orang (nama-nama yang disebutkan dalam pernyataannya) sudah meninggal, tinggal saya sendiri. Maka dari itu, tanggung jawab moral saya sebagai orang yang diamanahkan," ujar Hehamahua.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement