Selasa 06 Apr 2021 15:05 WIB

Pulang Kampung di Masa Lalu, Dipaksa Kembali ke Desa

Di kota tak ada pengharapan lagi, maka mereka terpaksa pulang ke kampung.

pulang kampung ilustrasi.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
pulang kampung ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar, wartawan Republika

Pulang kampung ternyata sudah ada di masa lalu. “Tetapi sekarang, di kota tak ada pengharapan lagi, maka mereka terpaksa pulang ke kampungnya. Pulang mengerjakan pertanian,” tulis Bintang Timur edisi 29 September 1933.

Menurut koran Parada Harahap ini, ada keuntungan besar dengan arus pulang kampung ini. Ada banyak orang telah pulang kampung, baik yang sudah lama tinggal di kota maupun yang baru sebentar tinggal di kota. Dengan arus pulang kampung itu, kata Bintang Timur, orang-orang yang telah bersekolah di kota kembali ke desa.

“Tuan-tuan tahu betul, waktu kita orang pada tinggalkan desa, ada datang orang lain menggantikan kita, bukan? Jika tidak Arab, Tionghoa, atau Belanda sehingga dia orang berkuasa besar di desa,” tulis Bintang Timur.

Bintang Timur mencatat, masih ada yang memandang ketinggian status karena warna kulit. Maka, Belanda yang datang di desa sangat disegani orang. Itu yang kemudian dimanfaatkan oleh orang Belanda yang berniat jahat.

Bintang Timur edisi 16 September 1933 menyebut, ada orang Belanda yang mengaku telah memeluk Islam, lalu pindah ke Rancaekek, selatan Bandung, mengenakan serban dalam keseharian. Pada mulanya ia disegani. Tetapi, karena minta dicarikan banyak perempuan, permintaannya tak dipenuhi. Karena itu, ia lalu membuat onar dengan mengganggu perempuan-perempuan.

Ia kemudian ditangkap polisi ketika perempuan yang ia goda berteriak minta tolong. Ia sempat melawan polisi, tetapi polisi bisa mengalahkannya. Ia kemudian dibawa ke Bandung. Rupanya, ia baru keluar dari penjara Sukamiskin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement