Selasa 06 Apr 2021 01:15 WIB

Parlemen Kosovo Pilih Perempuan Jadi Presiden Baru

Vjosa Osmani terpilih menjadi presiden baru Kosovo.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Kosovo yang baru terpilih Vjosa Osmani Sadriu tersenyum setelah terpilih di ibu kota Pristina, Kosovo pada hari Minggu, 4 April 2021.
Foto: AP/STR
Presiden Kosovo yang baru terpilih Vjosa Osmani Sadriu tersenyum setelah terpilih di ibu kota Pristina, Kosovo pada hari Minggu, 4 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PRISTINA - Parlemen Kosovo memilih dan melantik presiden baru untuk masa jabatan lima tahun pada Ahad (4/4) waktu setempat. Presiden ketujuh negara Balkan yang terpilih itu adalah sosok wanita kedua dalam periode pasca perang.

Parlemen 120 kursi bersidang dalam sesi luar biasa selama dua hari. Hasilnya, 71 suara untuk Vjosa Osmani pada putaran ketiga pemungutan suara. Sementara 11 suara tidak sah.

Baca Juga

Dua partai oposisi dan partai minoritas etnis Serbia memboikot pemungutan suara tersebut. Pada November, Osmani untuk sementara menggantikan mantan Presiden Hashim Thaci, pemimpin kelompok bersenjata selama perang Kosovo untuk kemerdekaan dari Serbia pada akhir 1990-an.

Sebagai presiden, Osmani akan memiliki jabatan seremonial sebagai kepala negara. Namun dia juga memiliki posisi terdepan dalam kebijakan luar negeri dan merupakan komandan angkatan bersenjata.

Dalam pidatonya, Osmani menyerukan dialog yang bertujuan untuk menormalkan hubungan dengan Serbia. "Perdamaian akan dicapai hanya ketika kita melihat penyesalan dan permintaan maaf dari Serbia dan ketika kita melihat keadilan bagi mereka yang menderita karena kejahatan mereka," kata Osmani dikutip laman Aljazirah, Senin (5/4).

Kosovo diakui oleh lebih dari 100 negara tetapi tidak oleh Serbia atau sekutu Serbia seperti Rusia dan Cina.

Media lokal menggambarkan Osmani sebagai sosok yang tak kenal takut. Sebab dia termasuk orang pertama yang dengan berani berbicara tentang elit korup yang berkuasa, tidak mudah mengingat rasa hormat yang mereka peroleh dari peran mereka di masa perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement