Selasa 30 Mar 2021 14:26 WIB

Menkes Jepang Minta Maaf karena Stafnya Langgar Prokes

Karyawan Kementerian Kesehatan Jepang diketahui berkumpul di restoran hingga malam

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Orang-orang muda yang mengenakan topeng pelindung berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat department store mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang, 03 Agustus 2020. Pemerintah Metropolitan Tokyo mengumumkan pada 03 Agustus 2020 258 kasus baru yang dikonfirmasi tentang penyakit coronavirus (COVID- 19). Ini adalah hari ketujuh berturut-turut menandai lebih dari 200 kasus terdaftar per hari. Jumlah total orang yang terinfeksi di Jepang telah melebihi 40.000. Menurut laporan, 170 dari 258 orang yang terinfeksi adalah orang berusia 20-an dan 30-an.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Orang-orang muda yang mengenakan topeng pelindung berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat department store mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang, 03 Agustus 2020. Pemerintah Metropolitan Tokyo mengumumkan pada 03 Agustus 2020 258 kasus baru yang dikonfirmasi tentang penyakit coronavirus (COVID- 19). Ini adalah hari ketujuh berturut-turut menandai lebih dari 200 kasus terdaftar per hari. Jumlah total orang yang terinfeksi di Jepang telah melebihi 40.000. Menurut laporan, 170 dari 258 orang yang terinfeksi adalah orang berusia 20-an dan 30-an.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura meminta maaf pada Selasa (30/3), setelah media melaporkan karyawan Kementerian Kesehatan berkumpul-kumpul di sebuah restoran pada larut malam di Tokyo. Mereka telah melanggar protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19, yang diterapkan oleh pemerintah.

Tamura membenarkan bahwa, 23 pegawai Kementerian Kesehatan melakukan makan malam bersama pada 24 Maret. Kyodo melaporkan, Tamura akan menyelidiki masalah itu dengan cepat.

Baca Juga

Menurut laporan terpisah di Koran Yomiuri, staf Kementerian Kesehatan berkumpul untuk pesta perpisahan di sebuah pub di distrik Ginza di Tokyo. Setelah pesta selesai, beberapa staf tetap berada di pub sampai tengah malam.

Status keadaan darurat di Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya telah dicabut pada 21 Maret. Tetapi pemerintah tetap meminta restoran untuk tutup lebih awal pada jam 9 malam, dan membatasi pertemuan umum. 

Jepang memulai kampanye vaksinasi pada Februari. Negara tersebut memang terbilang lebih lambat dari kebanyakan negara ekonomi besar dan bergantung pada dosis impor vaksin Pfizer Inc.

Vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca PLC dan Moderna Inc kini masih menunggu persetujuan peraturan di Jepang. Hingga Jumat, lebih dari 780 ribu orang di Jepang telah menerima sekurangnya satu dosis vaksin.

Sebagian besar yang telah menerima vaksinasi adalah para petugas kesehatan. Inokulasi untuk orang tua akan dimulai pada 12 April menggunakan suntikan Pfizer Inc. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement