Kamis 25 Mar 2021 11:18 WIB

Penenun Wanita Indonesia Dapat Dukungan dari UNESCO-Citi

Program ini memberi dukungan pada wirausaha muda perempuan.

Para penenun perempuan Tanah Air.
Foto: Dok. Unesco
Para penenun perempuan Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Program Creative Youth at Indonesian Heritage Sites sebuah kolaborasi UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia di bawah dukungan Citi Foundation sejak 2017, saat ini sedang melanjutkan Fase IV di tahun 2021. Program yang dikenal pula dengan nama 'Kita Muda Kreatif' ini, di tahun 2021 menargetkan 300 wirausaha muda yang tinggal di sekitar kawasan budaya atau alam ternama. Di antaranya, Danau Toba, Borobudur, Prambanan, Klaten, Yogyakarta, Kotatua Jakarta, Bali, dan Lombok, dengan lebih dari 50% para wirausaha muda ini adalah perempuan.

Program ini memberi dukungan pada wirausaha muda perempuan di kawasan-kawasan tersebut, dengan cara meningkatkan kapasitas mereka dalam mengembangkan industri kreatif dan melestarikan warisan budaya tak benda melalui wilayah bisnis, seperti pariwisata budaya, tekstil tradisional, dan kerajinan tangan. Sekitar 22% dari total seluruh penerima manfaat program ini adalah para penenun perempuan dari Nusa Tenggara Barat dan Sumatra Utara, yang secara rajin dan tekun melestarikan keterampilan dan produksi tenun tradisional.

Bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional tahun ini, UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia turut merayakan pencapaian para penenun perempuan Indonesia, dengan menggelar kegiatan live streaming berdurasi 90 menit. Mengangkat tema #ChoosetoChallenge, acara ini menampilkan kisah-kisah inspiratif dari para perempuan penenun Indonesia, yang menerima tantangan melestarikan kain tenun tradisional Indonesia di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Seperti yang diperlihatkan Sartika Martilova Sihombing, seorang perempuan penenun ulos dan pemilik Soit Tenun Ulos dari Tapanuli Utara, Toba. Ia mengatakan, sebagai penenun ulos, pandemi Covis-19 merupakan tantangan yang berat. Awal pandemi, ia sempat pesimistia bisa bertahan sebagai penenun ulos. Ditambah lagi, karena pesanan tenun ulos turun drastis. 

"Setelah beberapa bulan masa pandemi, saya mulai bangkit dan semangat lagi. Salah satu yang membuat semangat bertenun saya kembali adalah pendampingan program Kita Muda Kreatif dari UNESCO-Citi Indonesia. Ketika mengikuti berbagai pelatihan daring, saya melihat ternyata bukan hanya saya yang terdampak Covid-19, teman-teman para wirausaha muda lain juga ikut terdampak. Dari situ kami saling berbagi informasi  dan bertukar pengalaman tentang cara untuk tetap bertahan," kata dia.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Irini Dewi Wanti menjelaskan pentingnya peran Penenun atau lebih dikenal dengan nama "Partonun" di Tapanuli.

Menurut dia, perempuan penenun atau Partonum, adalah seniman. Mereka adalah pekerja seni, menenun bukan hanya masalah ekonomi keluarga tapi juga mewarisi budaya. 

"Partonun bekerja demi kelangsungan warisan mahakarya nenek moyang, menjaga filosofi hidup orang Batak, serta kemahiran tradisional yang tidak semua orang dapat melakukannya. Karenanya Partonum Perempuan adalah penjaga budaya, dalam masa krisis apapun dia akan tetap bertenun, karena sebagai seniman ia akan tenggelam dalam dunianya. Seberapapun hasil yang diterima maka itulah yang mereka jalani, selanjutnya adalah tugas kita membantu menyejahterakan mereka," kata dia.

Officer-in-Charge UNESCO Jakarta Hans Thulstrup mengatakan, meskipun Hari Perempuan Internasional dirayakan setiap tahunnya, kerja keras dan pencapaian kaum Hawa tidak selalu mendapatkan perhatian yang layak mereka terima. 

Ketidakadilan ini, kata dia, terus berlanjut ke dunia politik, lembaga bisnis dan akademis, serta di bidang seni dan budaya. Di Indonesia dan seluruh dunia, banyak perempuan yang menjadi pemimpin dan penggerak berbagai kegiatan budaya di mana mereka menghasilkan banyak invasi dan pencapaian. 

"Tenun tradisional adalah salah satu bidang di mana pengetahuan berharga diwariskan dari para ibu ke anak-anak perempuan mereka secara turun-temurun. Dan saat ini, sektor tenun tradisional ini bertahan berkat generasi perempuan muda Indonesia yang dinamis, yang memadukan kreativitas artistik dengan keterampilan bisnis," kata dia.

Country Head of Corporate Affairs, Citi Indonesia A. Anjungsari mengatakan, Kita Muda Kreatif merupakan sebuah program yang didedikasikan untuk Indonesia. Menurut dia, salah satu keistimewaan program ini adalah mengangkat prinsip keberagaman. 

Diantaranya keberagaman peserta, kultur dan budaya, serta upaya pelestarian situs warisan dunia. Keberagaman, kata dia, merupakan kunci kekuatan dari Indonesia yang patut kita banggakan.

"Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para wirausaha muda kreatif, dengan mengangkat para pengrajin penenun perempuan atas upayanya dalam melestarikan budaya bangsa dan tetap tangguh dalam masa sulit ini terutama untuk sektor pariwisata," ujarnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement