Kamis 25 Mar 2021 10:25 WIB

IAEA Dorong Kesepakatan Nuklir Baru untuk Iran

Perjanjian nuklir Iran sebelumnya dinilai telah berakhir

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Kantor Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria. (ilustrasi)
Foto: EPA/Roland Schlager
Kantor Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengatakan menghidupkan kembali perjanjian nuklir antara Iran dan kekuatan dunia tidak mungkin. Dia menyerukan untuk mencapai kesepakatan baru untuk mengatasi masalah nuklir tersebut.

Dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol, El Pais, Grossi menegaskan perjanjian lama telah berakhir setelah Teheran mulai memproduksi yang dianggap sebagai jumlah minimum bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir. Dia pun tidak menerima penggunaan inspeksi nuklir Iran sebagai sarana untuk menekan pihak-pihak dalam kesepakatan tersebut.

Baca Juga

Grossi sebelumnya mengatakan,  tidak ada cara cepat untuk kembali ke kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015. "Beberapa masalah dan perkembangan telah terjadi secara rahasia baru-baru ini," ujarnya merujuk pada pelanggaran perjanjian Iran.

Desember lalu, utusan Iran untuk IAEA, Kazem Gharibabadi, menolak saran Grossi bahwa menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran setelah pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) berkuasa akan membutuhkan kesepakatan baru. Mantan Presiden AS, Donald Trump, secara sepihak menarik diri dari kesepakatan pada 2018 dan menjatuhkan sanksi pada Iran. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement