Jumat 19 Mar 2021 14:54 WIB

Nenek Asia-Amerika Diserang, Melawan dengan Tongkat

Polisi AS masih menyelidiki apakah insiden ini terkait dengan kejahatan rasial.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi aksi stop rasisme.
Foto: EPA/Brendan McCarthy
Ilustrasi aksi stop rasisme.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Seorang wanita tua berusia 76 tahun, Xiao Zhen Xie membuat seorang laki-laki yang hendak menyerangnya terpapar luka hingga dirawat di San Francisco, Amerika Serikat (AS), Kamis (18/3) waktu setempat. Penyerangan terhadap orang Asia di AS ini terjadi di tengah peningkatan serangan terhadap komunitas Asia-Amerika sejak dimulainya pandemi Covid-19 tahun lalu.

Zhen Xie mengatakan, dia sedang menunggu di lampu lalu lintas untuk menyeberang. Laporan dari media lokal, KPIX mengutip nenek tersebut mengatakan bahwa seorang pria kulit putih memukul dengan kepalan tangannya mengenai dekat mata kiri sang nenek. Kemudian insting nenek itu muncul untuk membela diri.

Baca Juga

"Dia menemukan tongkat di sekitar daerah itu dan melawan," kata putri Zhen Xie, Dong-Mei Li seperti dikutip laman Al Arabiya, Jumat. Dia mengatakan, ibunya tidak bisa melihat dari mata kirinya dan dia belum bisa makan sejak serangan itu.

Polisi San Francisco tengah menyelidiki insiden tersebut sebagai penyerangan yang diperburuk. Informasi masih belum jelas apakah ras korban ada hubungannya dengan penyerangan itu. Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial, penyerang terlihat berdarah dan diborgol ke tandu saat dikelilingi oleh polisi.

Sebelumnya, pria tua lainnya di daerah itu, berusia 83, juga diserang oleh tersangka yang sama dan dirawat di rumah sakit. Beberapa jam sebelumnya, polisi di negara bagian Georgia sedang mencari petunjuk tentang apa yang memicu penembakan fatal terhadap delapan orang, enam di antaranya wanita Asia, dalam serangkaian serangan di kawasan Atlanta.

Terdakwa berusia 21 tahun Robert Aaron Long, yang berkulit putih, menyarankan kepada penyelidik bahwa kecanduan seks membuatnya melakukan aksi kekerasan pada Selasa (16/3) di tiga spa berbeda. Namun pihak berwenang tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa serangan itu dimotivasi, setidaknya sebagian, oleh sentimen anti-imigran atau anti-Asia, atau keluhan lainnya.

Terlepas dari motif tersangka, pembunuhan tersebut menempatkan masalah kejahatan rasial anti-Asia di tengah wacana nasional. Sebuah laporan oleh Center for the Study of Hate and Extremism yang dirilis bulan ini menunjukkan bahwa kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika di 16 kota besar AS naik 149 persen dari 2019 hingga 2020, periode ketika kejahatan rasial secara keseluruhan turun 7 persen.

Para pembela hak-hak sipil mengatakan, kenaikan itu mungkin terkait dengan orang Asia dan Amerika Asia yang disalahkan atas pandemi, yang berasal dari China. Mantan Presiden Donald Trump menyebut novel coronavirus sebagai "virus Cina", "wabah Cina", dan bahkan "kung flu".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement