Selasa 16 Mar 2021 17:01 WIB

Saatnya Umat Beragama Suarakan Kelestarian Alam

Yang sering dilupakan itu bahwa alam adalah ayat-ayat kauniyah begitu penting dijaga

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Api menyala di kawasan hutan lindung PT Chevron Pacific Indonesia yang berbatasan dengan lahan masyarakat di Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Senin malam (1/3/2021). Pemerintah Provinsi Riau sudah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) sejak 15 Februari hingga 31 Oktober 2021, karena potensi kebakaran sangat tinggi akibat Riau mengalami musim kemarau panjang.
Foto: FB Anggoro/ANTARA
Api menyala di kawasan hutan lindung PT Chevron Pacific Indonesia yang berbatasan dengan lahan masyarakat di Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Senin malam (1/3/2021). Pemerintah Provinsi Riau sudah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) sejak 15 Februari hingga 31 Oktober 2021, karena potensi kebakaran sangat tinggi akibat Riau mengalami musim kemarau panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menjaga kelestarian bumi, terlebih Islam. Ada banyak keterangan dalam Alquran dan hadis yang menunjukkan bahwa menjaga kelestarian bumi, makhluk hidup, dan mencegah terjadinya kerusakan adalah kewajiban setiap Muslim. 

Masyarakat Indonesia sepatutnya bersyukur sebab menjadi salah satu negara terkaya akan keanekaragaman hayati baik di darat maupun laut. Indonesia bersama Brasil, Kolombia, Peru, dan Republik Demokratik Kongo tercatat sebagai negara yang memiliki hutan hujan tropis yang sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup di bumi, sebagai penyuplai oksigen terbesar di dunia, dan rumah bagi banyak populasi flora dan fauna.

Namun, menurut senator Ambassador GreenFaith yang juga Wakil Ketu Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat, Nana Firman kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan karena mengalami deforestasi yang bertambah luas dari tahun ke tahun. Bahkan, kebakaran hutan yang sering terjadi menempatkan Indonesia pada urutan lima besar negara yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. 

Menurut Nana, dampak kerusakan hutan begitu sangat besar. Kerusakan hutan dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesehatan bagi manusia, bahkan penyebabnya dapat muncul dari hewan-hewan hutan yang habitatnya terganggu. Selain itu kerusakan hutan juga dapat berdampak pada ekonomi hingga membuat perubahan iklim, kehancuran keanekaragaman hayati. 

Nana menjelaskan, krisis ekologi dan perubahan iklim sangat terkait dengan krisis moral dan spiritual. Sayangnya belum banyak pemuka agama dan umat beragama menyuarakan tentang kepedulian menjaga kelestarian alam dalam forum-forum Internasional. Karena itu, ia pun mengajak umat Muslim dan tokoh-tokoh di Indonesia untuk turut serta dalam barisan menyuarakan kepedulian pada kelestarian alam.

Menurutnya upaya untuk melindungi bumi dari kerusakan harus dilakukan bersama-sama, karenanya GreenFaith mendorong setiap pemeluk agama dan tokoh-tokoh agama bersama-sama mengampanyekan kelestarian alam.

"Sebagai umat Islam apa yang bisa kita lakukan? Kita kembali lagi pada Alquran dan sunah, kita lihat Alquran ayat-ayat kauliyah maupun alam sebagai ayat kauniyah. Yang sering dilupakan itu bahwa alam adalah ayat-ayat kauniyah yang begitu penting untuk dijaga. Dan sebagai muslim menjaga alam ini adalah ibadah, bukan hanya ibadah ritual, tetapi kita juga mulai melihat bahwa hubungan kita dengan alam ini juga merupakan ibadah, karena alam ini ayat kauniyah yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah di mana semua makhluknya bertasbih pada Allah, jadi kita harus menjaga makhluk Allah yang bertasbih," kata Nana saat mengisi webinar bertema Komitmen Umat Beragama Menjaga Bumi yang diselenggarakan PP Aisyiyah beberapa hari lalu. 

Dalam Alquran surat Ar Rum ayat 41 Allah telah mengingatkan manusia bahawa segala kerusakan di muka bumi merupakan ulah tangan manusia yang juga akan dirasakan dampaknya oleh manusia.  Sementara dalam hadits riwayat Muslim, dijelaskan tentang dunia yang hijau dan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Yakni agar mengelolanya dan tidak membuat kerusakan. 

Nana menjelaskan, GreenFaith tengah mengampanyekan beberapa hal sebagaimana telah disuarakan pada 11 Maret dalam aksi yang berlangsung di 48 negara. Di antaranya yakni mendorong penggunaan energi bersih dan terbarukan bagi semua orang, mendorong investasi pada proyek ramah lingkungan, penyediaan lapangan kerja dan layanan kesehatan, pembelaan terhadap hak-hak  hukum masyarakat adat dan semua pelindung lingkungan hidup. Selain itu membantu masyarakat terdampak perubahan iklim, mendorong komitmen negara-negara dunia mewujudkan net zero emisi gas rumah kaca, menjaga keanekaragaman hayati, mendorong negara maju membantu negara berkembang dalam transformasi teknologi ramah lingkungan hingga mendorong umat dan pemuka agama bersuara akan isu kelestarian bumi. 

"Silakan kita mau pilih ambil bagian dari yang mana. Saya ingin mengingatkan untuk memperkuat niat kita kenapa kita harus peduli dengan menjaga kelestarian bumi. Karena Rasulullah sudah bilang bumi ini sudah menjadi tempat sujuf masjid (tempat sujud) dan merupakan tempat  yang suci, kita bisa bertayamum. Kita sebagai khalifah punya tanggung jawab, menjaga keseimbangan. Kita mendapat amanah untuk menjaga bumi ini. Jadi kita mulai transformasi diri kita masing masing secara individu apa yang bisa saya ubah dari sikap saya untuk menjaga bumi," katanya.

Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB Pimpinan Pusat Aisyiyah, Hening Parlan berharap anggota Aisyiyah terus bergerak dan menjalin jaringan dengan komunitas-komunitas internasional dalam upaya kampanye menjaga kelestarian bumi. Hening mengatakan dalam waktu dekat akan membuat gerakan tentang mencintai bumi bersamaan dengan harlah Aisyiyah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement