Senin 15 Mar 2021 15:52 WIB

AstraZeneca Klaim tak Ada Bukti Peningkatan Pembekuan Darah

Beberapa negara menangguhkan vaksinasi AstraZeneca.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19 di pusat perawatan kesehatan di Seoul pada hari Jumat, 26 Februari 2021. Korea Selatan pada hari Jumat memberikan suntikan vaksin virus corona pertama yang tersedia kepada orang-orang di fasilitas perawatan jangka panjang.
Foto: Jung Yeon-je / Pool via AP
Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19 di pusat perawatan kesehatan di Seoul pada hari Jumat, 26 Februari 2021. Korea Selatan pada hari Jumat memberikan suntikan vaksin virus corona pertama yang tersedia kepada orang-orang di fasilitas perawatan jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Perusahaan AstraZeneca mengatakan berdasarkan tinjauan data keamanan orang yang melakukan vaksinasi COVID-19 tidak memperlihatkan adanya peningkatan risiko peningkatan pembekuan darah. Tinjauan AstraZeneca yang mencakup lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Inggris dan Uni Eropa.

Peninjauan ini dilakukan setelah otoritas kesehatan di beberapa negara menangguhkan penggunaan vaksin karena masalah pembekuan darah. Peninjauan lebih rinci terhadap seluruh data keamanan yang tersedia tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, di kelompok usia yang ditentukan, termasuk juga dengan jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu.

Baca Juga

Sebelumnya, dilaporkan pihak berwenang di Irlandia, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Belanda telah menangguhkan penggunaan vaksin karena masalah pembekuan darah. Sementara itu, Austria juga berhenti menggunakan serangkaian vaksin COVID-19 dari AstraZeneca pada pekan lalu, menyusul dilakukannya penyelidikan terlebih dahulu akibat gangguan koagulasi.

“Sangat disesalkan bahwa negara-negara telah menghentikan vaksinasi dengan alasan kehati-hatian seperti itu yang berisiko menimbulkan kerugian nyata pada tujuan memvaksinasi cukup banyak orang untuk memperlambat penyebaran virus corona jenis baru, sekaligus mengakhiri pandemi," ujar Peter English, seorang mantan konsultan Pemerintah Inggris untuk pengendalian penyakit menular, dilansir Asia One, Senin (15/3).

Badan Obat Eropa mengatakan tidak ada indikasi bahwa masalah pembekuan darah disebabkan oleh vaksinasi COVID-19. Ini serupa dengan pandangan yang digaungkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (12/3).

AstraZeneca mengatakan sejauh ini ada 15 kasus trombosis vena dalam dan 22 kejadian emboli paru yang telah dilaporkan terkait dengan vaksin COVID-19, termasuk selain produk dari perusahaan itu.

AstraZeneca mengatakan pengujian tambahan telah dan sedang dilakukan oleh perusahaan dan otoritas kesehatan Eropa dan tidak ada tes ulang yang menunjukkan kekhawatiran. Pihaknya menyebut bahwa laporan keamanan bulanan akan dipublikasikan di situs web EMA pada pekan depan.

Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca, yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford, telah diizinkan untuk digunakan di Uni Eropa dan banyak negara. Meski demikian, hingga saat ini penggunaan produk dari perusahaan itu belum diperbolehkan oleh regulator di Amerika Serikat (AS).

AstraZeneca saat ini sedang mempersiapkan untuk mengajukan otorisasi penggunaan darurat vaksin COVID-19 dari perusahaan itu di AS. Diharapkan data dari uji coba Fase III AS akan tersedia dalam beberapa minggu mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement