Senin 15 Mar 2021 14:52 WIB

Tato Jadi Simbol Perlawanan Rakyat Myanmar terhadap Militer

Sejumlah warga Myanmar mentato tubuh mereka dengan tulisan 'Bebas dari Rasa Takut'

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Pengunjuk rasa anti-kudeta memegang tanda-tanda yang bertuliskan
Foto: AP/AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta memegang tanda-tanda yang bertuliskan

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Perlawanan rakyat Myanmar terhadap pemerintahan militer berkembang menjadi kerusuhan mematikan. Sebagian memilih menggunakan cara baru untuk mengungkapkan protes terhadap kudeta militer 1 Februari lalu.

Sejumlah orang memilih untuk mentato tubuh mereka dengan tulisan seperti 'Bebas dari Rasa Takut' atau 'Revolusi Musim Semi'. Beberapa orang lainnya mengabadikan lukisan wajah Aung San Suu Kyi atau simbol tiga jari di badan mereka.

Baca Juga

Studio tato mengatakan motif-motif semacam itu semakin populer setelah militer menggulingkan pemerintahan yang sah. Lebih dari 80 orang tewas dan 2.100 ditangkap dalam penindakan yang dilakukan polisi dan pasukan keamanan untuk menghentikan gelombang unjuk rasa.

"Saya merasa kehilangan masa depan saya ketika saya mendengar berita 1 Februari, saya merasa sangat kesakitan dan saya tidak ingin melupakan rasa sakit itu selamanya," kata seorang perempuan berusia 23 tahun di dalam studio tato yang tidak bersedia disebutkan namanya, Senin (15/3).

Ia mengatakan akan mentato tubuhnya dengan tulisan 'Bebas dari Rasa Takut'. Sehingga it tidak akan melupakan rasa sakit itu dan menunjukkan generasi selanjutnya untuk 'bagaimana kami menyingkirkan sistem ini'.

Setelah kudeta militer banyak studio tato yang menawarkan jasa gratis untuk memperlihatkan solidaritas mereka pada perlawanan terhadap pemerintah militer. Ada laporan yang menyebutkan sebagian di antara mereka ditahan, banyak studio tato yang beroperasi dengan rahasia.

"Mereka mengancam kami dengan senjata, tapi revolusi kami tidak akan menang bila kami takut, jadi kami harus menyingkirkan rasa sakit untuk memenangkan revolusi," kata seorang pelanggan di studio tato. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement