Kamis 11 Mar 2021 21:17 WIB

Ekonomi Diprediksi Tumbuh 8 Persen, PM China Pilih 6 Persen

PM China menilai pertumbuhan 6 persen realistis

Red: Nur Aini
Pertumbuhan ekonomi China.
Foto: Reuters
Pertumbuhan ekonomi China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri China Li Keqiang bersikap realistis atas pertumbuhan ekonomi nasionalnya pada 2021 sebesar 6 persen, meskipun beberapa institusi internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berpenduduk terbesar di dunia itu sebesar 8 persen.

"Kami tidak sedang mempersiapkan rencana, melainkan menuruti keyakinan. Kami berharap mampu menuruti keyakinan untuk mengonsolidasikan fondasi pemulihan ekonomi, bisa mendorong pembangunan berkualitas, dan berkesinambungan," ujarnya saat menggelar temu media melalui video streaming di Beijing, Kamis (11/3).

Baca Juga

Target pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen yang dipatoknya pada 2021 itu tidaklah rendah."Berjalan cepat di jalur pendek mungkin tidak bisa stabil. Hanya kemantapan yang membuat kami bisa berjalan penuh dengan energi," ujarnya seusai penutupan Sidang Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Balai Agung Rakyat itu.

Pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi China mengalami pasang surut yang secara grafik mirip dengan huruf "V" (V Shape). Pada kuartal pertama 2020 pertumbuhan ekonomi China minus 6,8 persen sebelum beranjak kembali pada akhir 2020 menjadi 2,3 persen. China menjadi satu-satunya negara yang mengalami kemunduran ekonomi secara signifikan akibat pandemi Covid-19 namun akhirnya mampu bangkit lagi.

Li menyebutkan hampir 2 trilun yuan dialokasikan dalam bentuk pembebasan pajak dan bea bagi entitas pasar dan kebutuhan utama masyarakat sepanjang 2020."China punya 130 juta entitas pasar. China akan terus menjaga kebijakan yang selaras dengan entitas pasar. Keberhasilan entitas pasar merupakan hal yang paling vital bagi perekonomian China," ujarnya.

Pada 2021, sekitar 2,8 triliun yuan dialokasikan kepada pemerintahan level prefektur dan kabupaten. Angka itu naik signifikan dibandingkan tahun 2020. PM Li juga menjamin tidak akan ada perubahan drastis dalam kebijakan ekonomi di tengah kekhawatiran pencabutan kebijakan fiskal besar-besaran itu seiring dengan beberapa risiko keuangan.

"Kami akan tetap menyesuaikan kebijakan secara wajar dan moderat. Kebijakan harus terus berlanjut dan berkesinambungan," ujarnya.

China telah menurunkan rasio defisit anggaran dari 3,6 persen pada 2020 menjadi 3,2 persen pada 2021. Pada 2021 total defisit anggaran diproyeksikan sebesar 3,57 triliun yuan, sedangkan pada 2020 sebesar 3,76 triliun yuan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement