Rabu 10 Mar 2021 04:28 WIB

Ratusan Dosen dan Karyawan UMM Lakukan Vaksinasi Covid-19

Vaksinasi diharapkan bisa meningkatkan kinerja masyarakat terutama di UMM.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan vaksinasi tahap pertama di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Centre.
Foto: Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan vaksinasi tahap pertama di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Centre.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan vaksinasi tahap pertama dengan memberikan 300 vaksin bagi dosen dan karyawan. Agenda tersebut dilangsungkan di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Centre pada 4 sampai 6 Maret lalu.

Kepala Bagian (Kabag) Kepegawaian UMM, Zakarija Achmat, menjelaskan pemegang otoritas program vaksinasi sebenarnya pemerintah. Meski begitu, UMM mengajukan vaksin untuk dosen dan karyawan melalui jalur Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang. 

UMM telah menerima 300 vaksin jenis Sinovac dari Dinkes Kota Malang. Sekitar 240 di antaranya telah digunakan pada tiga hari pertama pelaksanaan. "Mengingat hanya ada 300 vaksin, maka pimpinan universitas harus mengambil keputusan siapa yang didahulukan,” katanya dalam pesan resmi yang diterima //Republika//, Selasa (9/3).

Zakarija menyatakan alasan UMM memprioritaskan pimpinan universitas untuk memperoleh vaksin. Yakni, para pimpinan UMM harus mengawal jalannya organisasi. Selanjutnya, pemberian vaksin diberikan kepada pimpinan fakultas serta para staf di bidang 1, 2, 3, dan 4. 

Di samping itu, para staf administrasi di lingkup fakultas juga menjadi prioritas vaksinasi. Pasalnya, mereka selalu memberikan pelayanan langsung kepada mahasiswa. Dalam beberapa ke depan, UMM akan menyediakan 300 vaksin lagi untuk sekretaris prodi, kepala laboratorium, dosen senior dan juga satpam.

Ketua Satgas Covid-19 UMM, Thontowi Djauhari mengatakan, UMM memang berinisiatif untuk mengajukan program vaksinasi. Ada dua tahapan dalam memberikan vaksinasi. Jarak antara kedua tahap tersebut sekitar 14 sampai dengan 15 hari. Saat ini, Thonthowi mengaku belum menemukan efek samping yang berbahaya dari para penerima vaksin. "Beberapa merasa mengantuk dan lapar. Ada juga beberapa yang mengeluh pusing,” katanya.

Dokter di Rumah Sakit (RS) UMM tersebut juga menyebutkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Salah satunya kurang akuratnya informasi yang diperoleh masyarakat, sehingga banyak asumsi-asumsi yang salah terkait vaksinasi. 

Ia juga berharap agar vaksinasi yang dilakukan dapat memimalisasi penularan Covid-19. Meski ia akui vaksin SINOVAC ini tingkat efikasinya belum terlalu tinggi, yakni sekitar 65 persen.

Sementara itu, Kepala Divisi Penelitian DPPM UMM, Nurul Zuriah, membagikan pengalamannya saat menerima vaksin. Awalnya, para peserta harus melalui proses skrining terlebih dahulu sebelum dilakukan vaksinasi. Para peserta mendapatkan pertanyaan terkait penyakit penyerta.

Nurul berharap vaksinasi bisa meningkatkan kinerja masyarakat terutama di UMM. Hal ini karena vaksin bisa membuat dia dan para karyawan dan dosen UMM merasa aman dan nyaman. "Mudah-mudahan pendemi bisa segera berlalu,” katanya.

Hal serupa juga disampaikan oleh staf Internastional Relation Office (IRO), Dimas Prasetyo. Menurut dia, pemberian vaksin rasanya tidak jauh berbeda dengan suntikan biasa. Ia juga menganggap vaksinasi sebagai bentuk ikhtiar untuk terus menjaga kesehatan. 

 

 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement