Selasa 09 Mar 2021 15:01 WIB

Efek Samping Ringan Hingga Sedang dari AstraZeneca

Penerima vaksin AstraZeneca bisa naik antibodinya hingga 32 kali.

Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). Sebanyak 1.113.600 vaksin virus corona (COVID-19) jadi asal perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca tiba di Indonesia melalui skema kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility yang selanjutkan akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.
Foto: MUHAMMAD IQBAL/ANTARA
Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). Sebanyak 1.113.600 vaksin virus corona (COVID-19) jadi asal perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca tiba di Indonesia melalui skema kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility yang selanjutkan akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rr Laeny Sulistyawati

Vaksin AstraZeneca sudah tiba di Tanah Air sejak kemarin (8/3). Seperti vaksin Sinovac yang sudah lebih dulu digunakan, vaksin AstraZeneca juga telah melewati persetujuan Badan Pengawasan Obat dan Makan (BPOM) sebelum digunakan.

Baca Juga

Vaksin AstraZeneca juga termasuk diawasi ke pascapenyuntikannya. Sejauh ini BPOM baru menemukan efek samping sedang dan ringan dalam laporan uji klinis vaksin tersebut.

Kepala BPOM, Penny Kusumastuti Lukito, mengatakan efek samping yang dilaporkan dalam studi klinik vaksin AstraZeneca umumnya sedang dan ringan. Yang dominan dilaporkan adalah reaksi lokal pada lokasi penyuntikan, seperti nyeri, kemerahan, gatal hingga pembengkakan.

Sedangkan reaksi sistemik yang ringan dari efek vaksin tersebut, seperti kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, meriang, nyeri sendi, demam, dan muntah. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap khasiat, vaksin tersebut dapat merangsang pembentukan antibodi yang baik pada populasi dewasa maupun lansia dengan rata-rata peningkatan antibodi Imunoglobulin M (IgM) berkisar 32 kali setelah dosis kedua usia 18-60 tahun serta 21 kali pada kelompok lansia di atas 65 tahun.

BPOM pun memastikan mengawal mutu vaksin AstraZeneca sepanjang jalur distribusi. Yaitu mulai ke luar dari industri farmasi hingga sampai kepada masyarakat melalui program vaksinasi.

"Dalam hal ini, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM terus mengawal dan melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan dalam pengiriman dan penyimpanan vaksin agar tetap sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), antara 2-8 derajat Celcius," kata Penny, Selasa (9/3).

Badan POM juga berkoordinasi dengan berbagai lintas sektor, yaitu Kementerian Kesehatan serta Komite Nasional dan Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas dan Komda PP KIPI) dalam mengawal keamanan vaksin. Meskipun program vaksinasi telah dilaksanakan, kata dia, tetapi masih diperlukan jumlah cakupan vaksinasi yang cukup memadai dan waktu untuk mencapai kekebalan masyarakat (herd immunity).

Ia menambahkan vaksin tersebut dikemas dalam dus masing-masing berisi 10 pile dengan volume masing-masing 5 mm dan tiap pile untuk 10 dosis vaksin. Sebelum produk siap digunakan, kata Penny, BPOM juga melakukan proses pengawasan kelulusan produk dari segi mutu sebelum vaksin siap digunakan dalam program vaksinasi.

BPOM pun berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengawasi produk sejak keluar tahap produksi sampai ke masyarakat. "Mengingat vaksin ini merupakan produk rantai dingin yang harus disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius," katanya.

Masyarakat juga diimbau untuk tetap perlu menjalankan protokol kesehatan, dengan terus menerapkan 5 M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, kata Penny.

Ketua POKJA Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Erlina Burhan mengatakan terbitnya izin penggunaan darurat vaksin AstraZeneca dari BPOM merupakan kabar gembira untuk Indonesia. "Selain karena ada pilihan selain vaksin Sinovac, juga untuk segera bisa mencapai 'herd immunity'," kata Erlina dalam bincang-bincang daring, Selasa.

Dokter spesialis paru ini mengatakan, kekebalan kelompok sangat penting untuk segera dicapai saat ini agar siklus penularan tidak terus terjadi. Semakin banyaknya pilihan dan jumlah vaksin yang diberikan kepada masyarakat bakal mempercepat proses vaksinasi, maka kekebalan kelompok bisa cepat dicapai.

Vaksin AstraZeneca telah disetujui oleh BPOM karena efikasi dan keamanannya telah memenuhi syarat. Vaksin ini juga sudah direkomendasikan WHO. BPOM RI telah melakukan uji klinis Vaksin AstraZeneca terhadap 23.745 subjek dengan laporan hasil yang aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Hasil evaluasi keamanan berdasarkan data uji klinis secara keseluruhan pemberian vaksin dua dosis dengan interval 4-12 pada pada total 23.745 subjek, dinyatakan aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Erlina Burhan mengatakan, vaksinasi Covid-19 yang terdiri dari dua suntikan dengan jeda waktu di antaranya harus dipatuhi agar jumlah antibodi dalam tubuh terbentuk secara optimal. "Kalau tidak disuntik lagi (vaksinasi kedua), antibodi yang terbentuk tidak optimal untuk membentuk kekebalan," kata Erlina.

Pada suntikan pertama, antibodi akan terbentuk namun prosesnya tidak instan. Antibodi mulai terbentuk pada hari ke-12 dalam jumlah sedikit. Jumlahnya meningkat setelah suntikan kedua dan diharapkan sudah mencapai level optimal pada hari ke-28.

Setelah mendapatkan vaksin, tetap ada risiko terjangkit Covid-19 namun risikonya jauh lebih rendah. Jika memang terjangkit, gejalanya akan lebih ringan dibandingkan orang yang belum mendapat vaksin.

Setelah mendapatkan vaksin, ada kemungkinan terjadi reaksi. Namun hasilnya akan berbeda-beda tergantung individu. Dia mengatakan, demam ringan dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar.

Tujuan vaksinasi Covid-19 adalah menurunkan kematian dan kesakitan akibat Covid-19, mencapai kekebalan kelompok demi melindungi kesehatan masyarakat. Juga melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh, serta menjaga produktivitas serta meminimalisasi dampak sosial dan ekonomi.

Erlina menegaskan pentingnya mencapai kekebalan kelompok untuk melindungi orang lain dalam suatu komunitas. Semakin banyak orang yang mendapatkan vaksin, semakin cepat pula kekebalan kelompok bisa tercapai.

Jika itu belum terjadi, penularan masih sangat rentan terjadi. Kendati demikian, pencegahan penularan virus Covid-19 tidak bisa hanya mengandalkan vaksin. "Protokol kesehatan 5M dan menjaga imunitas masih sangat diperlukan untuk pencegahan."

Vaksin AstraZeneca tiba di Bandara Soekarno Hatta, Senin (8/3) petang dan disaksikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Indonesia menerima pengiriman pertama vaksin AstraZeneca sebanyak 1.113.600 vaksin jadi, dengan total berat 4,1 ton, terdiri dari 11.136 karton vaksin.

Retno menambahkan, jumlah 1.113.600 vaksin adalah bagian awal dari batch pertama pemberian vaksin Covid-19 melalui jalur multilateral. Dalam batch pertama, dia melanjutkan, Indonesia memperoleh 11.704.800 vaksin jadi. Retno menambahkan, pengiriman batch pertama vaksin ini hingga Mei 2021.

"Insya Allah menurut rencana diikuti batch-batch selanjutnya," ujarnya.

Menurut Retno, ketibaan vaksin Covid-19 dari jalur multilateral ini tidak terlepas dari kerja sama kementerian dan lembaga terkait Indonesia dan kerja sama berbagai pihak internasional seperti negara donor, aliansi vaksin dunia/organisasi kesehatan dunia PBB (Gavi/Covax facility), organisasi kesehatan dunia PBB (WHO), Unicef. Oleh karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi atas kerja sama yang diberikan.

"Diplomasi vaksin akan terus diperkuat dan diperkokoh untuk membantu resiliensi kesehatan dan ekonomi," ujarnya.

photo
Tips jelang vaksinasi Covid-19. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement