Senin 08 Mar 2021 20:25 WIB

Kasus Kekerasan Perempuan di Solo Naik Saat Pandemi

Bentuk kekerasan yang diterima perempuan, didominasi kekerasan ekonomi.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Solo mengalami peningkatan saat pandemi Covid-19 dibandingkan sebelum pandemi. Selain kekerasan secara fisik, sebagian korban juga melaporkan kekerasan secara ekonomi.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Solo, Selfi Rawung, mengatakan, selama pandemi Covid-19 kasus kekerasan perempuan agak tinggi. Pada 2020, terdapat laporan 30 kasus kekerasan terhadap perempuan.

Baca Juga

"Trennya naik turun. Kalau tidak pandemi turun, kalau pandemi naik," terang Selfi kepada wartawan, Senin (8/3).

Selfi menyebut, jumlah kasus kekerasan perempuan pada 2020 tesebut lebih tinggi dibandingkan 2019 hanya 17 kasus, dan 2018 hanya 15 kasus. "Sebab efeknya dari faktor ekonomi, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan kehilangan pekerjaan," jelasnya.

Menurutnya, dari bentuk kekerasan yang diterima perempuan, didominasi kekerasan ekonomi. Sedangkan kekerasan secara fisik dalam bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lebih sedikit. Laporan KDRT hanya lima kasus selama 2020.

"Kekerasan ekonomi ini seperti tidak diberi nafkah oleh suami, anak tidak dikasih biaya sekolah. Sudah kami edukasi, anaknya dibina juga," ucap Selfi.

Pendampingan yang diberikan terdiri dari lintas sektor. Di antaranya, pendampingan psikologis kepada anak dan suami, sehingga diharapkan tidak terjadi perceraian.

Selain itu, DP3APM juga memberikan sejumlah pelatihan agar para korban kekerasan memiliki keterampilan berwirausaha. Dari 30 korban kekerasan pada 2020 tersebut, hanya 20 orang yang bersedia mengikuti pelatihan. Sisanya mengaku tidak siap untuk pelatihan.

"Pelatihannya seperti membuat hand sanitizer dan masker," ucapnya

Pelatihan terhadap korban kekerasan tersebut masih terus dilaksanakan dalam program perempuan berdaya. DP3APM akan memantau perkembangannya sampai lima tahun ke depan.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Solo, Selvi Ananda, menyatakan, perempuan memegang peranan penting dalam keluarga. Dia mengapresiasi pelatihan yang diberikan DP3APM kepada para korban kasus kekerasan terhadap perempuan.

"Saya dapat laporan kasus kekerasan terhadap perempuan naik. Ini dampak pandemi. Dengan berbagai faktor pemicunya. jadi timbul kekerasan perempuan. Ini langsung dibina dan diberikan ketrampilan," kata istri Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement