Ahad 07 Mar 2021 20:48 WIB

Pemerintah Pacu Investasi Baru di 81 Proyek

81 proyek dengan total nilai investasi sebesar Rp 921,84 triliun hingga 2030.

Rep: iit septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah fokus meningkatkan investasi di Tanah Air. Upaya strategis tersebut diyakini dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19.

“Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, kunci pertumbuhan ekonomi kita adalah di investasi. Maka itu, Kemenperin aktif berkontribusi dalam menarik investasi baru, khususnya sektor industri,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan resmi, Ahad (7/3).

Baca Juga

Kemenperin mencatat, terdapat 81 proyek dengan total nilai investasi sebesar Rp 921,84 triliun, yang akan dipacu realisasinya guna pengembangan proyek hilirisasi dalam kurun waktu tahun 2023 sampai 2030. Dari total investasi tersebut, diperkirakan menyerap tenaga kerja sebanyak 125.286 orang.

“Dari investasi ini, tentunya akan menciptakan lapangan kerja yang banyak. Hal ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Selain itu juga akan mengurangi tingkat pengangguran, baik itu karena pandemi atau angkatan kerja baru,” tutur dia.

Pada sektor hilirisasi petrokimia, Kemenperin mendorong realisasi investasi pengembangan industri petrokimia PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, yang akan menghasilkan produk olefin dan aromatik. Berikutnya, Kemenperin memacu hilirisasi nikel dalam rangka meningkatkan nilai tambah bahan baku nikel dan kobalt yang tersedia di Indonesia.

Bahan baku itu dapat digunakan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. “Saat ini, secara total kita punya 30 smelter yang beroperasi, kemudian yang sedang konstruksi 20 smelter, dan dalam tahap feasibility study sebanyak 9smelter,” kata Menperin.

Smelter itu berperan menguatkan struktur industri dalam negeri agar lebih berdaya saing di kancah global. “Implikasi dari kebijakan hilirisasi ini,industri logam dasar pada 2020 tumbuh 5,87 persen, ekspornya pun tumbuh 30 persen, bahkan mampu menyumbang devisa negara hingga 22 miliar dolar AS,” ungkapnya.

Saat ini, kata dia, Indonesia memiliki 30 persen dari cadangan bijih nikel dunia. Dengan begitu, menjadi jaminan bahan baku bagi investasi di sektor baterai kendaraan listrik, yang pada akhirnya menarik investasi di sektor kendaraan listrik.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari sampai Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp 272,9 triliun atau menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp 826,3 triliun. Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp 817,2 triliun atau menembus 101,1 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement