Ahad 07 Mar 2021 08:12 WIB

CEO And Studentpreneur BM 400 Undang Presdir K-Link

Acara tersebut mengusung tema

Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400, Dr  Sutrisno Muslimin MSi
Foto: Dok BM 400
Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400, Dr Sutrisno Muslimin MSi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Bakti Mulya 400 Jakarta kembali menyelenggarakan CEO And Studentpreneur Talk. Acara tersebut berlangsung pada Jumat (5/3), pukul 13.15 -15.15 WIB dan  mengusung tema “Becoming Global Entrepreneur”.

Keilla Thalita Alea, siswa kelas X SMA Bakti Mulya 400  yang juga wakil ketua OSIS SMA Bakti Mulya 400 berhasil memandu acara dengan suasana milenial dan lancar. Sedangkan peserta kegiatannya adalah siswa SMP dan SMA Bakti Mulya 400  dan undangan dari sekolah-sekolah lainnya. 

photo
Dato' Dr H Md Radzi Saleh, presiden direktur K-Link Indonesia  (Foto: Dok BM 400)

 

Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400 Dr Sutrisno Muslimin  MSi mengawali pembicaraannya dengan mengutip buku Robert Kiyosaki yang berjudul Why “A” Students Work for “C” Students. Buku tersebut mengulas mengapa banyak mereka yang memiliki nilai A bekerja untuk mereka yang memiliki nilai C. 

“Untuk menjadi pengusaha yang sukses tak harus memimiliki nilai akademik yang luar biasa. Orang biasa-biasa saja, bahkan yang kurang beruntung sekalipun bisa sukses menjadi pengusaha sukses,” kata Sutrisno Muslimin seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Sutrisno mengingatkan, bukan berarti orang sukses itu tidak pintar. “Namun untuk menjadi  orang yang sukses perlu mengelola kepintaran dengan benar,” ujarnya.

Ia mengemukakan,  banyak orang yang pintar cenderung bersifat individual, sombong dan terlalu banyak perhitungan. Maka dari itu, Sutrisno menekankan,  “Kalau kita pintar itu modal yang luar biasa. Oleh karenanya belajarlah untuk bekerja  sama dengan orang lain sekaligus memutuskan sesuatu secara cepat berdasarkan intuisi.”

Sutrisno melanjutkan, bahkan banyak tokoh  besar yang justru terlahir dari keluarga yang kurang beruntung, tidak mampu atau malah broken home. 

Dato' Dr H  Md  Radzi Saleh sebagai pembicara utama pada acara tersebut sejak kecil juga seorang yatim. Oleh karena itu Sutrisno berharap kepada seluruh siswa bila mereka sekarang berada pada keluarga yang mapan, maka itu modal untuk bisa lebih sukses di kemudian hari. 

Pada kesmpatan sebagai narasumber utama,  Dato'  Dr  H  Md Radzi Saleh, presiden direktur K-Link Indonesia memaparkan kiat dan kisah hidupnya sebagai seorang entrepreneur dunia. K-Link merupakan perusahaan produk kesehatan yang memiliki cabang di berbagai negara di Asia.

Dalam awal penyajiannya, Dato' Radzi menjelaskan apa yang dimaksud negara maju jika dilihat jumlah oarng yang menjadi wirausaha.  “Negara maju adalah bila jumlah wirausahanya 10-14 persen  dari total penduduk negara tersebut,” kata Dato Radzi.

Jika penduduk Indonesia sekarang 270 juta,  ia menambahkan, berarti seharusnya 27 juta menjadi wirausaha. Namun faktanya jumlah pengusaha Indonesia masih kecil yaitu sekitar 3,47 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara (Asean)  lainnya juga masih ketinggalan. “Persentase  pengusaha negara tetangga, Malaysia 4,74 persen, Singapura 8,67 persen dan Thailand 4,26 persen,” paparnya.

Oleh karena itu Dato' Radzi mengajak kepada semua siswa Sekolah Bakti Mulya 400 untuk mulai menjadi pengusaha. Untuk menjadi pengusaha atau berbisnis bukan dimulai dari menjual sesuatu tapi dimulai dari berbagi sesuatu. “Kalau ingin menjadi pengusaha yang sukses maka mulailah dengan memberi, dan saat kita memberi seseorang maka berilah yang terbaik, berikan service yang terbaik,"  ungkap Dato' Radzi.

photo
Founder Wiranesia Foundation, Faransyah Jaya  (Foto: Dok BM 400)

Selanjutnya Dato'  Radzi juga memaparkan agar menjadi pengusaha yang sukses maka perlu melakukan beberapa hal:

Pertama, selalu menjaga kepercayaan pelanggan dan penuhi tanggung  jawab. “Hal inilah yang mendorong  K-Link membangun Kantor K-Link Tower suatu Gedung megah 25 lantai di Jakarta yang digunakan untuk pusat layanan pelanggan di Indonesia,” tuturnya.

Kedua, jangan bimbang dan takut gagal. Karena memiliki pengetahuan akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan pengalaman. Dato' Radzi sudah menjadi wirausaha sejak berusia 28 tahun, pernah gagal  selama 20 tahun dan baru sukses 15 tahun.

Ketiga, ikuti demand pasar yang ada, contohnya sekarang orang ingin sehat maka buatlah produk kesehatan.  Juga jangan lawan pasar, sesuaikan tren pemasaran modern. “Contohnya sekarang yang cocok adalah digital marketing, lakukan digital online marketing,” ujarnya.

Keempat, pililah mentor yang bisa membimbing menjadi orang sukses.  Buatlah jaringan yang luas dan kuat serta libatkan banyak anak muda yang kreatif dan inovatif agar menjadi perusahaan berkembang menjadi skala yang lebih besar.

photo
Keilla Thalitha Alea, wakil ketua OSIS SMA BM 400 - (Dok BM 400)

Dato' Radzi juga menyampaikan bahwa sebagai pembicara di luar perusahaan K-Link, baru pertama kali ini membagi tips dengan siswa sekolah, yaitu Sekolah Bakti Mulya 400. Hal demikian membuat Dato Radzi membagi pengalamannya dengan penuh semangat dan mengalir deras.

Dalam memberikan summary, Faransyah Jaya atau yang lebih popular dipanggil Coach Faran, founder Wiranesia Foundation menekankan bahwa untuk menjamin kepuasan pelanggan maka produk menjadi kunci utamanya. “Jadi untuk siswa yang sedang berwirausaha buatlah produk yang berkualitas,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement