Jumat 05 Mar 2021 10:47 WIB

Irak Kerahkan Pasukan Khusus demi Kunjungan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Irak pada Jumat (5/3).

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Paus Fransiskus
Foto: Vincenzo Pinto/Pool Photo via AP
Paus Fransiskus

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak mengerahkan pasukan khusus untuk mengamankan kunjungan Paus Fransiskus ke negara tersebut. Personel bakal dikerahkan di Ibu Kota Baghdad dan wilayah Dhi Qar.

"Pasukan yang berafiliasi dengan kepresidenan pemerintah dan unit pasukan khusus yang bertugas melindungi Zona Hijau telah dikerahkan di sepanjang jalan antara Zona Hijau dan Bandara Internasional Baghdad untuk mengamankan kunjungan Paus," kata seorang pejabat di Kementerian Dalam Negeri Irak, dikutip laman Middle East Monitor pada Kamis (4/3).

Baca Juga

Zona Hijau adalah sebuah area di Baghdad yang dikhususkan untuk gedung pemerintahan dan beberapa kedutaan asing. Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Irak pada Jumat (5/3). Dia bakal berada di sana selama tiga hari.

Paus Fransiskus mengatakan dia berharap kunjungannya ke Irak berjalan lancar. “Rakyat Irak sedang menunggu kami. Mereka sedang menunggu Paus Yohanes Paulus II, yang tidak diizinkan pergi. Orang-orang tidak bisa dikecewakan untuk kedua kalinya. Mari kita berdoa semoga perjalanan ini terlaksana dengan baik,” katanya pada Rabu (3/3).

Pada 2000, Paus Paulus membatalkan agenda kunjungannya ke Irak. Kala itu Vatikan gagal menjalin pembicaraan dengan pemerintahan Saddam Hussein. Saat berada di Irak, Paus Fransiskus akan mengunjungi bekas benteng ISIS di Mosul. Saat ISIS masih menguasai sebagian wilayah Irak, umat Kristen di sana hidup di bawah penindasan.

Paus Fransiskus pun bakal mengunjungi Ur, tempat kelahiran Nabi Ibrahim yang dihormati umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Ia turut dijadwalkan bertemu ulama Muslim Syiah Irak Ayatollah Ali al-Sistani. “Di tanah Ibrahim, bersama dengan para pemimpin agama lainnya, kita juga akan mengambil langkah maju dalam persaudaraan antarumat beriman,” ujar Paus Fransiskus. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement