Jumat 05 Mar 2021 06:43 WIB

Adaro Setor Royalti ke Kas Negara Rp 3,794 Triliun

Jumlah setoran royalti Adaro pada tahun lalu turun dibandingkan royalti pada 2019.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir.
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk pada tahun lalu menyetorkan royalti ke negara sebesar 271 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,794 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS). Setoran royalti ini sejalan dengan pendapatan usaha perusahaan sebesar 2,5 miliar dolar AS.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menjelaskan memang perusahaan mengalami penurunan setoran royalti pada 2020 kemarin. Tercatat, penurunan royalti sebanyak 29 persen dibandingkan royalti pada 2019.

Baca Juga

"Penurunan royalti ini sejalan dengan penurunan pendapatan usaha pada 2020. Pendapatan usaha juga menurun karena adanya penurunan permintaan volume batubara yang terdampak covid-19," ujar Garibaldi, Jumat (5/3).

Perusahaan tahun lalu mampu membungkus pendapatan sebesar 2,5 miliar dolar AS. Pendapatan ini berimbas pada pembukuan laba sebesar 405 juta dolar AS pada tahun lalu.

Garibaldi menjelaskan perusahaan mampu mencapai EBITDA operasional sebesar 883 juta dolar AS. Angka ini melebihi target yang dipasang oleh perusahaan pada tahun lalu sebesar 600-800 juta dolar AS.

Meski EBITDA operasional melampaui target, namun karena pandemi, tak bisa menampik kondisi keuangan perusahaan. Realisasi pendapatan di tahun ini turun 27 persen dibandingkan realisasi 2019. Sedangkan laba inti perusahaan turun 36 persen dibandingkan realisasi 2019.

"Kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi covid19 memberikan tekanan yang besar terhadap permintaan batubara dan harga batubara global pada 2020 memang mengalami penurunan," ujar Garibaldi.

Ia menjelaskan kedepan perusahaan akan tetap berupaya menjaga kondisi keuangan dan kinerja operasional perusahaan seiring dengan pemulihan ekonomi. "Kami terus berfokus pada keunggulan operasional dan langkah efisiensi karena masih adanya faktor ketidakpastian," tambah Garibaldi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement