Rabu 03 Mar 2021 18:27 WIB

Inflasi Purwokerto dan Cilacap Lebih Rendah Dari Jateng

Dibandingkan dengan laju inflasi di tingkat nasional, masih tercatat lebih tinggi.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Inflasi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Laju inflasi di Kota Purwokerto dan Cilacap pada  Februari 2021, tercatat lebih rendah dari laju inflasi rata-rata di Provinsi Jateng. Namun dibandingkan dengan laju inflasi di tingkat nasional, masih tercatat lebih tinggi.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi, menyebutkan laju inflasi Kota Purwokerto pada Februari hanya tercatat 0,15 persen (mtm). Sedangkan Kota Cilacap tercatat lebih rendah lagi, hanya sebesar 0,12 persen (mtm).

''Dibanding inflasi rata-rata di Jateng, laju inflasi di Kota Purwokerto dan Cilacap ini, masih lebih rendah. Laju inflasi di Jateng pada Februari 2021 lalu tercatat 0,17 persen. Namun dibanding laju inflasi rata-rata nasional, masih lebih tinggi karena inflasi nasional tercatat hanya 0,10 persen,'' katanya, Rabu (3/3).

Dia menyebutkan, laju inflasi di Kota Purwokerto maupun Cilacap pada Februari 2021 ini, lebih banyak didorong oleh kenaikan harga komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau. Terutama komoditi cabai rawit dan cabai merah.

''Kenaikan harga cabai ini dipengaruhi curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Pasokan cabai yang menipis di pasar-pasar, menyebabkan harga cabai meningkat cukup signifikan,'' jelasnya.

Dengan faktor yang menahan laju inflasi, antara lain dipengaruhi harga daging ayam ras, minyak goreng dan emas perhiasan yang cenderung turun.

Terkait hal ini, Samsun menyatakan, Bank Indonesia Purwokerto akan tetap konsisten menjaga inflasi di kisaran sasarannya 3±1 persen (yoy) pada 2021.  ''Koordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya akan terus dilakukan sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok,'' katanya.

Namun dia mengingatkan, ada beberapa faktor yang juga berresiko mempengaruhi pencapaian inflasi ke depan. Antara lain meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional.

''Komoditas yang harganya ditentukan pemerintah, seperti cukai rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Tangan (SPT), diperkirakan juga akan mempengaruhi laju inflasi,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement