Rabu 03 Mar 2021 11:51 WIB

Hari Ini 97 Tahun Lalu, Kekhalifahan Utsmaniyah Dibubarkan

Kalah Perang Dunia II membuat kekuatan Kekhalifahan Utsmaniyah menjadi lemah.

Rep: Berbagai sumber/ Red: Erik Purnama Putra
Istana Yildiz yang menjadi tempat Sultan Abdul Hamid II memerintah Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire pada 31 Agustus 1876–27 April 1909.
Foto: raillynews.
Istana Yildiz yang menjadi tempat Sultan Abdul Hamid II memerintah Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire pada 31 Agustus 1876–27 April 1909.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- 4 November 1924 menjadi hari paling memilukan bagi umat Islam sedunia. Pada hari itu, Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire yang berumur enam abad lebih akhirnya tinggal sejarah. Kesultanan yang didirikan oleh Osman Bey alias Osman I, putra Ertugrul di Anatolia pada 1299, ini akhirnya runtuh selama-lamanya.

Adalah Majelis Agung Nasional Turki yang berpusat di Antara menjadi pemicunya. Lembaga parlemen yang dibentuk Mustafa Kemal Pasha tersebut menganggap keberadaan Kekhalifahan Utsmaniyah yang berpusat di Istanbul sudah rapuh dan lemah, sehingga keberadaannya tidak diperlukan lagi bagi berdirinya bangsa Turki modern.

Abdul Mejid II selaku sultan terakhir pun dicopot dan diusir dari negaranya. Abdul Mejid II yang dilantik Majelis Agung Nasional Turki pada 24 November 1922, hanya berkuasa terbilang sebentar lantaran pada 3 Maret 1924 harus diturunkan dari tahta, dan bersama seluruh keluarga kesultanan diasingkan.

Kekuasaan Kekhalifahan Utsmaniyah memang masih bertahan kuat pada era Sultan Abdul Hamid II yang berkuasa 31 Agustus 1876–27 April 1909. Selepas Abdul Hamid II diturunkan paksa oleh gerakan Revolusi Turki Muda yang didukung negara barat, sistem kekuasaan Utsmaniyah tidak lagi dipegang penuh secara absolut oleh sultan.

 

Kekhalifahan Utsmaniyah mulai menerapkan sistem Monarki Konstitusional dengan ada perwakilan berbagai bangsa di parlemen sejak Abdul Hamid II dilengserkan. Tidak mengherankan, pengganti Sultan Abdul Hamid II, Sultan Mehmed V Reshad yang berkuasa 27 April 1909-3 Juli 1918 tidak memegang penuh kendali kekuasaan.

Misalnya dalam keterlibatan Perang Dunia II, Kekhalifahan Utsmaniyah ikut bergabung dengan Blok Sentral, yaitu Jerman, Kekaisaran Austria-Hungaria, dan Bulgaria melawan Blok Sekutu yang terdiri Rusia, Kerajaan Serbia, Prancis, Kerajaan Inggris, Italia, dan Yunani.

Di sini, Turki mengalami kekalahan akibat keputusan sepihak yang dilakukan tiga serangkai yang kala itu sangat populer, yaitu Mehmed Talaat Pasha (Wazir Agung dan Menteri Dalam Negeri), Ismail Enver Pasha (Menteri Perang), dan Ahmed Djemal Pasha Menteri Angkatan Laut. Tiga orang yang memiliki kekuatan mengendalikan pemerintahan Utsmaniyah tersebut yang memutuskan Turki ikut berperang.

Padahal di sisi lain, Mehmed V Reshad tidak setuju ikut berperang. Menjelang Perang Dunia II berakhir, Mehmed V Reshad wafat dan digantikan Mehmed VI. Akibat kekalahan perang, kekuatan Utsmaniyah semakin lemah. Wilayahnya pun akhirnya dianeksasi negara Blok Sekutu. Mehmed VI pun terpaksa harus menekan Perjanjian Sevres.

Konsekuensinya, wilayah Utsmaniyah semakin menyempit. Utsmaniyah seolah menjadi santapan negara pemenang perang yang membagi-bagi wilayah menjadi negara-negara kecil. Akibat kekalahan di Perang Dunia II, Utsmaniyah kehilangan kawasan Hijaz dan semenanjang Arab yang dicaplok Inggris, Prancis, dan Italia.

Utsmaniyah juga harus kehilangan kontrol wilayahnya di Afrika dan Eropa. Sebagian kawasan Balkan diduduki pasukan Serbia dan Yunani. Pada saat bersamaan, tiga pasha yang menjerumuskan Utsmaniyah ke dalam perang malah kabur.

Keputusan Perjanjian Sevres itu jelas memantik ketidakpuasan masyarakat di dalam negeri. Kelompok Nasionalis Turki menolak penyelesaian masalah yang ditandatangani sultan ke-36 Kekhalifahan Utsmaniyah tersebut. Sebagai bentuk perlawanan, berdiri sebuah pemerintahan baru di Ankara, yaitu Majelis Agung Nasional Turki pada 23 April 1920.

Pemerintahan baru di bawah komando Mustafa Kemal Pasha (Atatürk) itu sebagai bentuk perlawanan kepada penguasa Utsmaniyah. Pada 1 November 1922, Majelis Agung Nasional Turki yang sudah memiliki kekuasaan luas menghapuskan organisasi kesultanan. Mehmet VI pun diusir diusir dari Istanbul ke tempat pengasingan di Malta.

Sebagai pengganti Mehmet VI adalah Abdul Mejid II sebagai khalifah yang dilantik pada 19 November 1922. Namun, sultan terakhir Utsmaniyah tersebut hanya sekadar sebagai simbol pemimpin umat Islam secara formalitas. Sementara pusat kekuasaan dan pemerintahan berada di tangan Majelis Agung Nasional.

Dan pada hari ini, 97 tahun lalu, akhirnya Mustafa Kemal yang sekarang menjadi bapak pendiri Turki modern menghapuskan kekhalifahan hingga bubar ke liang kubur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement