Selasa 02 Mar 2021 17:39 WIB

Polisi Myanmar Kembali Tembaki Demonstran

ASEAN tengah menggelar pertemuan dengan pemerintah militer Myanmar

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Seorang demonstran memegang perisai darurat di samping penghalang jalan selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 02 Maret 2021. Menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diperkirakan akan mengadakan pertemuan khusus tentang politik Myanmar. krisis pada 02 Maret, di tengah meningkatnya ketegangan di negara itu antara pengunjuk rasa anti-kudeta dan pasukan keamanan.
Foto: EPA-EFE/NYEIN CHAN NAING
Seorang demonstran memegang perisai darurat di samping penghalang jalan selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 02 Maret 2021. Menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diperkirakan akan mengadakan pertemuan khusus tentang politik Myanmar. krisis pada 02 Maret, di tengah meningkatnya ketegangan di negara itu antara pengunjuk rasa anti-kudeta dan pasukan keamanan.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Saksi mata mengatakan polisi Myanmar kembali melepaskan tembakan untuk membubarkan pengunjuk rasa. Sementara, menteri-menteri luar negeri Asia Tenggara (ASEAN) sedang menggelar pertemuan dengan pemerintah militer untuk mencegah kekerasan dan mencari jalan mengakhiri krisis.

Pertemuan itu digelar dua hari setelah unjuk rasa paling mematikan sejak militer menangkap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi bulan lalu, kudeta yang memicu kemarahan dan unjuk rasa massal di seluruh Myanmar.

Baca Juga

Banyak pengunjuk rasa yang mengenakan helm dan membawa perisai darurat di depan barikade polisi di berbagai sudut Kota Yangon. Mereka meneriakkan slogan-slogan protes dan menentang pemerintahan militer.

"Bila kami ditindas, maka akan ada ledakan, bila kami dipukul kami akan memukul balik," kata para demonstran sebelum polisi menembakan granat kejut ke arah massa yang berkumpul di empat titik Kota Yangon, Selasa (2/3).  

Belum ada laporan korban luka atau jiwa di Yangon. Tapi aktivis demokrasi dan wartawan melaporkan beberapa orang terluka terluka saat polisi melepaskan tembakan peluru tajam untuk membubarkan pengunjuk rasa di Kota Kale.

"Beberapa orang terluka, dua orang dalam kondisi kritis," kata aktivis War War Pyone.

Rumah sakit dan polisi di sekitar lokasi kejadian tidak dapat dimintai komentar. Juru bicara militer Myanmar juga tidak menjawab panggilan telepon. Sejak gelombang unjuk rasa digelar sudah 21 orang warga sipil dan satu orang polisi meninggal dunia.

Kudeta 1 Februari lalu menutup masa transisi Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun dikuasai militer. Pengambil alihan kekuasaan secara paksa itu dikecam Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya. Negara-negara ASEAN juga kian khawatir dengan perkembangan situasi di Myanmar.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement