Senin 01 Mar 2021 14:57 WIB

Pengadilan Myanmar Ajukan Dakwaan Baru Aung San Suu Kyi

Pengadilan Myanmar Ajukan Dakwaan Baru Terhadap Aung San Suu Kyi

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Subarkah
Dalam gambar yang dibuat dari video ini, pengunjuk rasa anti-kudeta menunjukkan salam tiga jari ke arah polisi, di belakang, di Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Februari 2021. Polisi Myanmar pada hari Sabtu bergerak untuk membersihkan pengunjuk rasa anti-kudeta dari jalan-jalan kota terbesar di negara itu Yangon.
Foto: AP
Dalam gambar yang dibuat dari video ini, pengunjuk rasa anti-kudeta menunjukkan salam tiga jari ke arah polisi, di belakang, di Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Februari 2021. Polisi Myanmar pada hari Sabtu bergerak untuk membersihkan pengunjuk rasa anti-kudeta dari jalan-jalan kota terbesar di negara itu Yangon.

IHRAM.CO.ID, YANGON--Pengacara pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan pengadilan Myanmar mengajukan dakwaan baru terhadap kliennya. Sementara unjuk rasa menentang kudeta kembali digelar walau penindakan keras pasukan keamanan di demonstrasi Ahad (28/2) kemarin menewaskan 18 orang.

Pengacara Suu Kyi, Min Min Soe mengatakan kliennya tampak sehat meski terlihat jelas berat badannya turun saat mengikuti sidang via video konferensi di Ibukota Naypyidaw. Min mengatakan Suu Kyi meminta untuk dapat bertemu dengan tim pembelanya.

Ketua partai National League for Democracy (NLD) itu tidak pernah lagi terlihat di hadapan publik sejak kudeta militer 1 Februari lalu. Bersama dengan pemimpin partai lainnya, Suu Kyi masih menjadi tahanan pemerintah militer.

Awalnya ia didakwa mengimpor enam talkie-walkie ilegal. Tapi kemudian dakwaannya ditambah, Suu Kyi dianggap melanggar undang-undang bencana alam karena tidak mematuhi protokol virus korona.

Min Min Soe mengatakan dalam sidang Senin (1/3) dakwaan terhadap Suu Kyi kembali ditambah. Ia didakwa dengan undang-undang era kolonial yang melarang publikasi informasi yang dapat 'memicu ketakutan atau kekhawatiran' atau mengganggu 'ketertiban umum'.

Sidang berikutnya akan digelar pada 15 Maret. Sejak militer merebut kekuasaan dengan paksa, Myanmar didera gelombang unjuk rasa. Militer mengatakan pemilihan yang dimenangkan partai NDL pada bulan November lalu diwarnai kecurangan.

Sementara itu saksi mata mengatakan polisi-polisi di Kota Yangon kembali menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan massa. Belum ada laporan mengenai jumlah korban tewas atau terluka pada Senin ini tapi kekerasan petugas keamanan pada Ahad kemarin menewaskan 18 orang.

"Sudah satu bulan sejak kudeta, kemarin mereka menindak keras kami dengan tembakan, kami akan keluar lagi hari ini," kata salah satu pemimpin unjuk rasa Ei Thinzar Maung di Facebook.

Militer tidak memberikan komentar mengenai kekerasan yang terjadi akhir pekan lalu. Juru bicara militer dan polisi tidak menjawab telepon. Sebelumnya mobil water canon polisi dan kendaraan militer dikerahkan ke titik-titik unjuk rasa di Kota Yangon. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement