Senin 01 Mar 2021 06:18 WIB

Unicef Serukan Anak-Anak di Kamp Suriah Diizinkan Pulang

Unicef serukan anak-anak yang ditahan di kamp pengungsian diizinkan pulang

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
UNICEF
Foto: Twitter
UNICEF

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Badan anak-anak PBB (Unicef) menyerukan agar semua anak di bawah umur yang ditahan di kamp pengungsian atau penjara di timur laut Suriah diizinkan pulang pada Ahad (28/2). Hal ini dilakukan usai tiga anak tewas dalam kebakaran di kamp al-Hol yang sesak.

Setelah bertahun-tahun memimpin perang yang didukung AS melawan ISIS, Kurdi Suriah menahan ribuan tersangka pejuang ekstremis di penjara dan puluhan ribu anggota keluarga mereka di kamp timur laut Suriah. Mereka berasal dari Suriah dan puluhan negara asing lainnya yang mayoritasnya adalah anak-anak.

“Di timur laut Suriah, ada lebih dari 22 ribu anak asing dari setidaknya 60 negara yang mendekam di kamp dan penjara selain ribuan anak Suriah,” kata Direktur Regional Unicef, Ted Chaiban dalam sebuah pernyataan.

Dia mendesak pihak berwenang di timur laut Suriah dan negara-negara anggota PBB untuk membawa anak-anak kembali ke rumah mereka. Otoritas Kurdi mulai mengirim ribuan pengungsi Suriah pulang dari kamp.

Namun, seruan berulang kali kepada negara-negara Barat untuk memulangkan warganya sebagian besar tidak ditanggapi. Hanya beberapa anak dan sedikit wanita yang dibawa pulang.

Sebelumnya, tiga anak dan seorang wanita tewas pada Sabtu lalu setelah kompor mereka meledak di kamp al-Hol. Menurut pejabat Kurdi, kompor itu memicu kebakaran. Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB mengatakan sedikitnya 26 orang terluka.

Dilansir Al Arabiya, Senin (1/3), al-Hol adalah rumah bagi lebih dari 62 ribu orang. Di sana terdapat anggota keluarga terlantar dan kerabat dari tersangka pejuang ISIS. Lebih dari setengahnya adalah anak-anak. Pada 1 Februari badan amal Save the Children juga mendesak Irak dan negara-negara Barat untuk memulangkan anak-anak dari timur laut Suriah lebih cepat. ISIS menguasai sebagian besar Suriah dan Irak pada tahun 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement