Ahad 28 Feb 2021 14:21 WIB

Kemendikbud: Lulusan D-4 Jawaban Kebutuhan Industri

Sarjana terapan (D-4) memiliki kelebihan yaitu softskill yang lebih banyak didapatkan

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto (layar monitor) memberikan penjelasan secara virtual kepada para pemangku kepentingan pendidikan vokasi saat meluncurkan program pendidikan vokasi di ruang pertemuan PT INKA, Madiun, Jawa Timur, Jumat (13/11/2020). Kemendikbud meluncurkan Program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Diploma Dua (D2) jalur cepat dan Program Peningkatan Prodi Diploma Tiga menjadi Sarjana Terapan (Diploma Empat/D4).
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto (layar monitor) memberikan penjelasan secara virtual kepada para pemangku kepentingan pendidikan vokasi saat meluncurkan program pendidikan vokasi di ruang pertemuan PT INKA, Madiun, Jawa Timur, Jumat (13/11/2020). Kemendikbud meluncurkan Program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Diploma Dua (D2) jalur cepat dan Program Peningkatan Prodi Diploma Tiga menjadi Sarjana Terapan (Diploma Empat/D4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan lulusan program D-4 merupakan jawaban atas kebutuhan industri. Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan salah satu kelebihan lulusan program D-4 adalah kompetensi yang 60 persen praktik dan 40 persen teori.

Sarjana terapan (D-4) memiliki kelebihan yaitu softskill yang lebih banyak didapatkan selama menjalani perkuliahan. Menurut Wikan, hal ini dipengaruhi oleh pada D-4, memiliki program satu tahun magang di industri serta melakukan belajar berdasarkan proyek bersama dengan industri tersebut.

Wikan juga menjelaskan, program studi D-4 lebih spesifik daripada program S-1. Beberapa contoh nama prodinya antara lain adalah akuntansi sektor publik, manajemen dan penilaian properti, bahasa inggris untuk komunikasi bisnis, dan lainnya.

"Dari namanya saja, sarjana terapan ini dirancang spesifik, jadi kurikulum sarjana terapan dan D-2 harus menyangkut apa yang dibutuhkan industri," kata Wikan, dalam keterangannya, Ahad (28/2).

Terkait hal ini, Kemendikbud mengajak dunia industri dan dunia usaha untuk menjalin kerja sama dengan tenaga pendidik di perguruan tinggi vokasi untuk membenahi kurikulum. Harapannya dengan kolaborasi ini banyak manfaat yang bisa diambil kedua pihak.

Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT PLN, Syofvi Felianty Roekman mengatakan keuntungan dalam kolaborasi ini adalah pihaknya dapat melihat dan mengawasi perkembangan para peserta didik. "Pak Wikan sudah menjelaskan, lulusan membekali 60 persen praktik dan 40 persen teori, jadi di kami dapat mempercepat on job training bagi anak-anak D-4 dan ini merupakan efisiensi bagi kami," kata dia.

Syofvi juga menceritakan lulusan dari sarjana terapan yang sudah bekerja di PT. PLN, dengan perancangan kurikulum bersama, membuat para lulusan sarjana terapan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Lulusan juga dinilai lebih siap kerja karena mereka lebih mengetahui situasi pekerjaan yang dituju.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement