Ahad 28 Feb 2021 10:04 WIB

Palestina Tutup Sekolah Usai Covid Varian Inggris Tersebar

Sekolah diidentifikasi sebagai penyebab utama penyebaran Covid.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sekolah-sekolah di Tepi Barat yang diduduki akan ditutup selama 12 hari. Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, mengatakan pada Sabtu (27/2), langkah itu dalam upaya menghentikan peningkatan tajam infeksi varian virus corona.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Sekolah-sekolah di Tepi Barat yang diduduki akan ditutup selama 12 hari. Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, mengatakan pada Sabtu (27/2), langkah itu dalam upaya menghentikan peningkatan tajam infeksi varian virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Sekolah-sekolah di Tepi Barat yang diduduki akan ditutup selama 12 hari. Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, mengatakan pada Sabtu (27/2), langkah itu dalam upaya menghentikan peningkatan tajam infeksi varian virus corona.

Shtayyeh dalam pidato yang disiarkan televisi, sekolah menengah akan dibebaskan dari penutupan yang akan dimulai pada Ahad (28/2). Pembatasan baru dipicu oleh sejumlah besar kasus virus corona varian Inggris dan Afrika Selatan di wilayah tersebut.

Baca Juga

Kementerian Kesehatan melaporkan, unit perawatan intensif untuk pasien Covid-19 telah mencapai 95 persen hunian di Tepi Barat. Sekolah telah diidentifikasi sebagai penyebab utama penyebaran infeksi yang cepat.

Pada Kamis (25/2), dilaporkan bahwa sampel acak pasien virus corona menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat terinfeksi varian Inggris. Bank Dunia mengatakan dalam sebuah laporan pekan ini, bahwa wilayah Palestina memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Wilayah ini juga memiliki tingkat positif di Tepi Barat lebih dari 21 persen dan di Gaza 29 persen. Jumlah tersebut menunjukkan tingkat yang tidak terkendali atas penyebaran pandemi.

Tepi Barat yang menjadi tempat tinggal 3,1 juta warga Palestina, telah melaporkan total 118.519 kasus virus corona dan 1.406 kematian. Sedangkan Gaza telah melaporkan 55.091 kasus dan 549 kematian dalam populasi 2 juta.

Dengan sekitar 32.000 dosis vaksin yang dimiliki, Palestina meluncurkan program vaksinasi terbatas di Tepi Barat dan Gaza bulan ini, dimulai dengan petugas kesehatan. Otoritas Palestina (PA) mengharapkan untuk menerima pengiriman awal dari COVAX dalam beberapa minggu dan mengatakan pihaknya juga memiliki kesepakatan pasokan dengan Rusia dan pembuat obat AstraZeneca. Shtayyeh mengharapkan pengiriman vaksin selanjutnya dapat terjadi pada Maret.

Israel telah menyumbangkan 2.000 dosis kepada PA tetapi mendapat kecaman karena tidak memasok lebih banyak vaksin ke Palestina. Israel berpendapat bahwa di bawah perjanjian perdamaian sementara, PA bertanggung jawab atas vaksinasi di Gaza dan Tepi Barat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement