Ahad 28 Feb 2021 00:07 WIB

Demokrat Pecat Kader, Pengamat: Tak Usah Disikapi Melow

Ray menilai, tindakan AHY tepat dan tidak ada yang salah.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik, Ray Rangkuti mengatakan pemecatan tujuh kader yang dilakukan oleh Partai Demokrat dinilai sebagai tindakan rasional. Pemecatan tersebut sudah menjadi risiko yang tidak bisa dihindarkan.

“Langkah yang dilakukan oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu rasional. Ada orang yang mau menggantikan dia, ketahuan ya dia berhentikan. Itu sudah biasa dalam organisasi yang semestinya disikapi,” kata Ray saat dikonfirmasi, Sabtu (27/2).

Ray menilai, tindakan AHY tepat dan tidak ada yang salah. Sebagai responsnya, dia mengatakan, para tergugat itu tetap memiliki hak untuk membela diri. Misalnya, berupa pengajuan pemecatan kepada majelis etik partai. Jika yang berkaitan dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dia bisa mengajukan ke pengadilan pemecatan dirinya.

Tindakan ini juga dinilai belum bisa melihat kelebihan dan kekurangan Partai Demokrat ke depannya. Malahan, peristiwa tersebut justru melambungkan nama Parta Demokrat. “Sejak itu, Moeldoko diuntungkan dan AHY diuntungkan dan menjadi populer. Beberapa survei menyebut namanya naik walaupun sedikit,” ujar dia.

Lebih lanjut, Ray mengatakan tujuh kader tersebut tak perlu khawatir nantinya. Menurut dia, partai politik lain akan membuka ruang untuk mereka.

“Oleh karena itu, yang saya sebutkan tadi tidak usah disikapi melow. Sistem politik pada politik kita tidak ada distingsi yang kuat. Mereka mau masuk ke partai mana pun tidak masalah,” kata dia.

Sebelumnya, Partai Demokrat resmi memecat tujuh kadernya yang diduga terlibat dalam gerakan pengambilan kepemimpinan partai. Dua di antaranya adalah mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie dan anggota DPR Fraksi Partai Demokrat Jhoni Allen Marbun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement