Sabtu 27 Feb 2021 14:34 WIB

25 Orang Tewas dalam Aksi Pembobolan Penjara di Haiti

Lebih dari 400 orang narapidana berhasil melarikan diri.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Narapidana (ilustrasi).
Foto: freedomessenger.com
Narapidana (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Lebih dari 400 narapidana telah melarikan diri dari penjara di Haiti pada Kamis (25/2) lalu. Sementara itu pada Jumat (26/2) waktu setempat, dilaporkan bahwa 25 orang yang tewas dalam pelarian tersebut termasuk seorang direktur penjara dan pemimpin geng yang ditahan.

Pelarian di penjara Croix-des-Bouquets di pinggiran ibu kota Haiti, Port-au-Prince diyakini sebagai upaya untuk membebaskan pemimpin geng Arnel Joseph. Dia telah menjadi buronan paling dicari di Haiti sampai penangkapannya pada 2019 atas tuduhan termasuk pemerkosaan, penculikan dan pembunuhan.

Juru bicara polisi Gary Desrosiers mengatakan, bahwa Joseph, yang dilaporkan masih mengenakan rantai penjara di pergelangan kakinya, terlihat tengah mengendarai sepeda motor melalui daerah Artibonite di kota L'Estere pada Jumat sehari setelah pelariannya. "Joseph mengeluarkan pistol dan tewas dalam baku tembak dengan polisi," ujar juru bicara tersebut dilansir laman Guardian, Sabtu (27/2).

Joseph diketahui memerintah Village de Dieu, atau Village of God, sebuah kota kumuh di Port-au-Prince. Dia juga memimpin komunitas lainnya, termasuk beberapa di Artibonite yang merupakan departemen terbesar di Haiti.

Pihak berwenang belum memberikan banyak detail tentang pelarian itu kecuali untuk mengatakan bahwa 60 narapidana telah ditangkap kembali dan penyelidikan masih berlangsung. Sekretaris negara Frantz Exantus mengatakan, pihak berwenang telah membentuk beberapa komisi untuk menyelidiki siapa yang mengatur pelarian itu dan alasan dari pelarian tersebut. 

Di antara mereka yang terbunuh adalah direktur penjara, yang diidentifikasi bernama Paul Joseph Hector. Menurut saksi mata warga, mereka melihat orang-orang bersenjata menembak peniaga penjara pada Kamis sebelum narapidana melarikan diri dari penjara Croix-des-Bouquets.

Penjara ini dikenal karena pelarian serupa pada 2014, dimana lebih dari 300 dari 899 narapidana melarikan diri. Beberapa meyakini bahwa serangan pada pelarian itu dirancang untuk membebaskan Clifford Brandt, putra seorang pengusaha terkemuka, yang telah dipenjara sejak 2012 karena diduga menculik anak-anak dewasa seorang pengusaha saingan. Brandt ditangkap dua hari kemudian di dekat perbatasan Republik Dominika.

Setelah pelarian 2014, para pejabat mengatakan mereka mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan di penjara, termasuk memasang kamera keamanan dan memasang monitor pergelangan kaki pada tahanan paling berbahaya. Tidak jelas apakah ada tindakan yang diambil selama ini atau belum. Pada saat pelarian Kamis, penjara menampung 1.542 narapidana, hampir dua kali lipat kapasitasnya.

Pembobolan penjara terbesar Haiti dalam sejarah baru-baru ini terjadi setelah gempa bumi dahsyat 2010 di mana lebih dari 4.200 narapidana melarikan diri dari penjara nasional terkenal di Port-au-Prince. Presiden Haiti Jovenel Moise mengatakan, bahwa dia mengutuk pembobolan penjara terbaru dan meminta orang untuk tetap tenang. Dia menambahkan bahwa polisi nasional Haiti diperintahkan mengambil semua tindakan untuk mengendalikan situasi.

Sementara itu, Helen La Lime, perwakilan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Haiti, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia sangat prihatin dengan pemberontakan dan pelarian diri dari penjara. "Saya mendorong polisi untuk mempercepat penyelidikan atas keadaan seputar insiden ini, melipatgandakan upayanya untuk menangkap kembali para pelarian, dan memperkuat keamanan di sekitar penjara di seluruh negeri," katanya.

"Pembobolan penjara ini lebih jauh menyoroti masalah penahanan preventif yang berkepanjangan dan penjara yang terlalu padat yang tetap menjadi masalah yang harus segera ditangani oleh otoritas Haiti," ujarnya melanjutkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement