Sabtu 27 Feb 2021 03:11 WIB

BPPT Gunakan 21,4 Ton Garam Kurangi Curah Hujan Jabodetabek

Pelaksanaan modifikasi cuaca Jabodetabek dilakukan hingga 26 Februari 2021.

Petugas Dinas Perhubungan mengatur lalu lintas saat terjadinya banjir di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (20/2). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggunakan bahan semai 21,4 ton garam atau NaCl untuk mengurangi curah hujan yang turun di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal HIdayat
Petugas Dinas Perhubungan mengatur lalu lintas saat terjadinya banjir di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (20/2). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggunakan bahan semai 21,4 ton garam atau NaCl untuk mengurangi curah hujan yang turun di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggunakan bahan semai 21,4 ton garam atau NaCl untuk mengurangi curah hujan yang turun di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Kegiatan itu akan dilakukan hingga 26 Februari 2021.

"Jadi kita jatuhkan dulu hujannya di laut sebelum dia bergerak ke daerah rawan banjir termasuk daerah Jabodetabek," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Jon Arifian kepada Antara di Jakarta, Jumat (26/2).

Baca Juga

Bahan semai garam tersebut dibawa dalam 13 sorti penerbangan menggunakan armada pesawat TNI Angkatan Udara CASA-212 dan CN-295. Pelaksanaan rekayasa cuaca atau operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) dimulai pada 21 Februari 2021 dan masih berlangsung.

"Jadi kita seoptimal mungkin pada siang hari kita melakukan penyemaian awan sehingga daerah rawan banjir itu bisa berkurang curah hujannya," ujar Jon.

Pada operasi TMC untuk penanganan cuaca ekstrem yang dilakukan pada Jumat (26/2), sebanyak tiga sorti penerbangan membawa total lima ton NaCl sebagai bahan semai untuk penyemaian awan hujan potensial. Penyemaian itu dilakukan di daerah Barat, Barat Daya dan Barat Laut dari Jabodetabek tepatnya di Selat Sunda, Pesisir Timur lampung, dan Ujung Kulon.Dari operasi TMC, BPPT mengklaim terjadi pengurangan curah hujan yang turun di wilayah Jabodetabek dibandingkan periode curah hujan ekstrem seperti pada 18 Februari-20 Februari 2021 di mana banjir melanda.

"Curah hujan ada tapi tidak berdampak kepada terjadinya genangan," tuturnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan kawasan Jabodetabek akan mengalami potensi cuaca ekstrem yang diprediksi terjadi pada 24-27 Februari 2021. Kejadian hujan di wilayah Jabodetabek pada periode tersebut perlu diwaspadai terutama pada malam atau dini hari menjelang pagi dengan potensi distribusi hujan dapat terjadi secara merata.Untuk mendukung operasi TMC, BPPT bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement