Kamis 25 Feb 2021 09:33 WIB

BSI Masuk 10 Besar Emiten Berkapitalisasi Pasar Terbesar BEI

Harga saham BSI pada pekan ini naik lima kali lipat dibandingkan harga saat IPO.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Debut BSI di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (4/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) masuk dalam jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Debut BSI di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (4/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) masuk dalam jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) masuk dalam jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kapitalisasi pasar merupakan nilai pasar dari hasil perkalian harga saham per lembar dengan jumlah saham yang ada dalam perusahaan. 

Berdasarkan data dari Equity Daily Trading Publication Bursa Efek Indonesia (BEI) per 24 Februari 2021, nilai kapitalisasi pasar PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp 115 triliun. Angka kapitalisasi pasar ini mengalami kenaikan dibandingkan pada saat BRIS melakukan IPO sebesar Rp 4,96 triliun. 

Baca Juga

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi berharap dengan masuknya BSI sebagai 10 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar Bursa Efek Indonesia, bisa menjadikan saham BRIS primadona. "Selain itu kami berharap prestasi ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di bursa," kata Hery dalam keterangan, Kamis (25/2). 

Harga saham BRIS per tanggal 24 Februari 2021 adalah Rp 2.820 atau naik hampir lima kali lipat dibandingkan pada saat IPO sebesar Rp 510 rupiah per saham. Jumlah saham BRIS setelah penggabungan tercatat sebesar 41 miliar saham.

Sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara, Bank Syariah Indonesia merupakan bank dengan total aset terbesar ke-7 di Indonesia yaitu sebesar Rp 240 triliun. Total pembiayaan Bank BSI sampai Desember 2020 mencapai Rp 157 triliun dengan total DPK sebesar Rp 210 triliun. 

Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.300 jaringan kantor, sekitar 2.400  jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20 ribu karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Hery mengatakan Bank Syariah Indonesia berkomitmen menjadi lembaga perbankan yang modern dan inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi prinsip syariah. 

Selain itu, Bank BSI juga berkomitmen menjadi bank yang dipilih nasabah karena memiliki produk yang kompetitif dan layanan yang prima sesuai dengan kebutuhan nasabah. Hery memastikan Bank BSI selalu dijalankan sesuai dengan prinsip maqashid syariah yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta.  

Bank BSI juga tidak hanya fokus untuk menggarap commercial financ tetapi juga social finance. Optimalisasi pembayaran zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) menggunakan metode digital merupakan salah satu strategi Bank BSI untuk memberikan kemudahan sekaligus manfaat dan kebaikan bagi masyarakat.

Komposisi pemegang saham Bank Syariah Indonesia saat ini adalah adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 50,95 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 24,91 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,29 persen, DPLK BRI 1,83 persen,  BNI Life Insurance 0,01 persen dan publik 5,01 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement