Senin 22 Feb 2021 08:17 WIB

Program Vaksinasi Palestina Hadapi Kesenjangan Dana

Palestina kekurangan dana 30 juta dolar AS untuk vaksinasi 60 persen warga.

Petugas medis dan polisi memeriksa pengiriman vaksin Sputnik V Rusia di dalam truk di perlintasan perbatasan Kerem Shalom, di Rafah, Jalur Gaza, Rabu, 17 Februari 2021. Rencana vaksinasi Covid-19 di Palestina menghadapi kekurangan dana 30 juta dolar AS.
Foto: AP / Adel Hana
Petugas medis dan polisi memeriksa pengiriman vaksin Sputnik V Rusia di dalam truk di perlintasan perbatasan Kerem Shalom, di Rafah, Jalur Gaza, Rabu, 17 Februari 2021. Rencana vaksinasi Covid-19 di Palestina menghadapi kekurangan dana 30 juta dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Rencana vaksinasi Covid-19 di Palestina menghadapi kekurangan dana 30 juta dolar AS. Itu sudah memperhitungkan dukungan dari skema vaksin global untuk negara miskin.

Israel, negara tercepat dalam program vaksinasi didorong untuk menyumbangkan kelebihan dosis pada Palestina untuk mempercepat vaksinasi di Tepi Barat dan Gaza.

"Untuk memastikan kampanye vaksinasi yang efektif, Palestina dan Israel harus berkoordinasi dalam pembiayaan, pembelian dan distribui vaksin Covid-19," kata Bank Dunia dalam keterangannya pada Senin (22/2).

Otoritas Palestina berencana melindungi 20 persen warganya dengan program vaksin COVAX. Pejabat Palestina berharap bisa menambah cakupan vaksinasi mencapai 60 persen.

Perkiraan biaya yang diperlukan mencapai 55 juta dolar AS untuk menutupi 60 persen populasi. "Di sini terdapat kesenjangan sebesar 30 juta dolar AS," kata Bank Dunia.

Palestina memulai vaksinasi pada bulan ini dan telah menerima sumbangan vaksin dari Israel, Rusia, dan Uni Emirat Arab. Namun, 32 ribu dosis yang diterima jauh dari jumlah 5,2 juta warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

Baca juga : Dalam Suasana Kacau Perang Uhud, Siapa Lindungi Nabi SAW?

Pejabat Palestina berharap pengiriman vaksin COVAx dalam beberapa pekan. Namun, program tersebut berisiko gagal karena kurangnya dana.

Palestina menyebutkan telah memiliki kesepakatan pasokan dengan Rusia dan pembuat obat Astra Zeneca. Akan tetapi, produksinya lambat.

"Dari perspektif kemanusiaan, Israel perlu mempertimbangkan menyumbangkan ekstra dosis untuk Palestina," tulis pernyataan Bank Dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement