Selasa 16 Feb 2021 21:56 WIB

Covent-20, Satu dari Sekian Inovasi pada Kala Pandemi

Venntilator buatan FTUI benar-benar didesain sendiri dan hasil orisinilitas tim.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Ventilator lokal karya tim Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Covent-20.
Foto: Dok UI
Ventilator lokal karya tim Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Covent-20.

REPUBLIKA.CO.ID, Kasus pertama Covid-19 di Indonesia ditemukan pada 2 Maret 2020, yang membuat heboh masyarakat. Dalam hitungan hari, jumlah kasus membengkak menjadi puluhan, ratusan, hingga tembus ribuan kasus positif Covid-19. Berbagai masalah pun timbul ketika jumlah pasien Covid-19 meningkat.

Salah satu yang dikeluhkan rumah sakit (RS) rujukan penanganan Covid-19 pada awal-awal pandemi adalah keterbatasan ventilator.  Selama ini, ventilator yang digunakan di RS dominan didatangkan dari impor. Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) ikut peduli menyikapi masalah itu. Mereka pun bergegas melakukan riset untuk membuat ventilator buatan anak bangsa yang dinamakan Covent-20.

"Motivasi kami adalah ketika awalnya outbreak, umumnya gejala Covid-19 gangguan pernapasan, kita melihat peluag untuk membantu mereka yang terkena Covid, salah satuya dengan alat bantu pernapasan dapat meminalisasi terjadinya gejala yang lebih berat lagi bagi pasien Covid," kata Ketua Tim Ventilator UI, Dr Basari dikutip dari akun Youtube FTUI, beberapa waktu lalu.

Saat dikonfirmasi Republika pada Selasa (16/2), Basari menjelaskan, pembuatan Covent-20 bisa berhasil berkat kolaborasi dan gotong royong dalam melakukan riset. Dia menjelaskan, ventilator buatan UI benar-benar didesain sendiri dan hasil orisinilitas tim. Pada tahap awal, jumlah Covent-20 yang dibuat mencapai 300 unit yang disebar di seluruh RS dari Aceh sampai Papua. "Ini skema crowdfunding," kata Basari.

Usai mendapatkan nomor izin edar dari Kementerian Kesehatan: AKD 20403022564, pihaknya menggandeng perusahaan yang bergerak di bidang alat kesehatan untuk memproduksi Covent-20 secara komersial. Hal itu lantaran kebutuhan alat bantu pernapasan bagi pasien Covid-19 terus meningkat, seiring bertambahnya kasus setiap harinya.

Karena itu, sekarang produksi ventilator berdasarkan permintaan dari RS. "Skema komersial, diproduksi sesuai market, karena melalui rantai produsen dan distributor alat kesehatan. Untuk mitra komersial bermitra dengan produsen alat kesehatan lokal, CV Bartec Utama Mandiri di Kota Semarang," kata Basari.

Ketua Program Studi Teknik Biomedik FTUI tersebut menerangkan, Covent-20 dikembangkan dan digunakan secara multimode bisa sangat membantu pasien Covid-19 yang mengalami sesak napas. Selain itu, biaya produksi juga sangat murah jika dibandingkan ventilator impor. Ketika sudah lulus uji klinis, sambung dia, Covent-20 akhirnya didistribusikan ke RS di Aceh, Nusa Tenggara Barat dan Timur (NTB dan NTT), hingga Papua.

"Jika (ventilator) komersial ratuan juta, kita puluhan juta, atau sepertiga dari harga impor. Ini benar-benar bukan pekerjaan satu orang, dan tim besar yang multidisiplin, dosen Fakultas Kedokteran (FK) sampai mahasiswa," ucap Basari.

Merujuk pada timeline pembuatan Covent-20, ternyata purwarupa sudah dikerjakan dosen yang melibatkan mahasiswa pada Februari 2020. Padahal, pada waktu itu, masyarakat Indonesia masih beraktivitas seperti biasa karena pemerintah belum menetapkan pandemi Covid-19 sebagai bencana nasional.

Setelah prototipe ditetapkan, tim Ventilator UI mulai mengembangkan pada Maret 2020. Pada 2 April 2020, tim melakukan audiensi ke Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, dan dua pekan kemudian, tim mengenalkan Covent-20 ke Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Setelah itu, tim melakukan persiapan mitra fabrikasi dan uji Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta (BPFK).

Pada 30 April, dilakukan uji praklinik pada hewan, dan pada Mei persiapan uji klinik pada manusia. Pada 2 Juni, dilakukan uji klinis untuk mode continuous positive airway pressure (CPAP) di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat dan di RSUI, Kota Depok. Kemudian, dilakukan uji klinis kepada pasien Covid, yang hasilnya Covent-20 dinyatakan lolos oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 15 Juni 2020.

Karena itu, tim Ventilator UI secara simbolis menyerahkan Covent-20 kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo dan Menristek Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di kantor BNPB. Berikutnya, tim mendistribusikan ventilator yang juga didanai bantuan perusahaan swasta dan alumni tersebut ke berbagai RS rujukan Covid-19 di Jabodetabek hingga luar Jawa.

Dekan FTUI Hendri DS Budiono menuturkan, proses pembuatan Covent-20 sebaga respon atas keputusan pemerintah pusat yang menetapkan pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Menurut dia, FTUI mampu memandang permasalahan yang ada di masyarakat menjadi tantangan yang direalisasikan dalam bentuk karya inovasi.

"Ini adalah contoh nyata penerapan kolaborasi yang dinamis antara FTUI dan fakultas lain di UI, seperti FK. Yang membanggakan, produk-produk riset FTUI, pengembangannya merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak," kata Hendri.

Menurut Hendri, Covent-20 bisa terwujud berkat kerja sama lintas fakultas, pemerintahan, Ikatan Alumni (Iluni) FTUI, dan menggandeng filantrofi untuk membiayai dengan metode crowdfunding. Menurut Hendri, selama ini, ventilator di semua RS di Indonesia diperoleh dari proses impor. Ketika pandemi melanda dunia, konsekuensinya terjadi keterbatsan stok ventilator.

"Tim UI pun mengembangkan low cost ventilator transport. Keunggulan Covent-20, ringkas dan portabel, sehingga aman digunakan untuk perjalanan menuju ruangan isolasi. Mudah digunakan, untuk penanganan PDP maupun pasien positif Covid," ucapnya.

Hendri menambahkan, keunggulan Covent-20 lainnya adalah menggunakan microchip yang dapat menyimpan program dan data, sehingga dapat dikatakan sebagai ventilator pintar.

Dosen FKUI yang tergabung dalam tim dokter yang menggawangi Covent-20, Prof Budi Wiweko, menuturkan, dengan keunggulan multimode yang dimiliki, ventilator buatan UI dapat digunakan di fasilitas kesehatan mulai unit ambulans hingga Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS, baik noninvasif maupun invasif.

"Beberapa dokter RSCM yang telah melihat Covent-20 meyakini bahwa ventilator UI ini mempunyai keunggulan fungsi yang signifikan dibandingkan peralatan ventilator transport dasar berbasis tekanan dan ambu-bag yang saat ini masih banyak digunakan di berbagai rumah sakit,” kata Wakil Direktur Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) FKUI ini.

Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat FTUI, Muhamad Sahlan menerangkan, alat bantu pernapasan menjadi salah satu kebutuhan penting dalam merawat pasien positif Covid-19. Sehingga, jika ada pasien bergejala berat, pemasangan Covent-20 sangat membantu.

Hal itu karena ventilator buatan UI ini bekerja dengan memberikan ventilasi tekanan positif dengan continuous mandatory ventilation (CMV) untuk pasien yang kesulitan bernapas dan perlu dikontrol dengan mesin. "Alat ini juga dilengkapi dengan mode CPAP untuk memberikan oksigen pada pasien yang masih sadar dan bernapas spontan,” ungkap Sahlan.

10 Inovasi

Selama pandemi Covid-19, inovasi yang ditemukan FTUI bukan hanya Covent-19. Tercatat ada 10 temuan yang dihasilkan untuk membantu pemerintah dalam menangani penyebaran virus corona. Temuan kedua adalah flocked swab HS-19, yang merupakan alat bantu uji usap untuk mengambil cairan hidung tenggorok. Berikutnya, ada swab test chamber dan movable hand washer, serta Puvicon DSF-01 dan DSF-02.

Adapula Puvicon DSF-03 dan WAH-01, serta bilik disinfeksi BDC-01/02. Kemudian, ada Salam (Sterilisasi Lantai Masjid) dan MaRoCo (Makara Robot for Contagious Disease), serta terakhir Propolis Indonesia yang digunakan sebagai terapi bagi pasien Covid-19.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN-RB) pada November 2020 pun mengganjar salah satu inovasi FTUI, yaitu bilik test swab Covid-19 dengan penghargaan Top 21 Inovasi Pelayanan Publik Penanganan Covid-19. Bilik tes didesain menjaga keamanan tenaga kesehatan, karena dilengkapi dengan disinfektan dan ultraviolet.

Rektor UI, Ari Kuncoro mengapresiasi penghargaan yang diberikan Kementerian PAN-RB kepada tim peneliti FTUI. Ari menegaskan, UI mengerahkan semua sumber daya, khususnya sivitas akademika dari berbagai disiplin keilmuan, untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi pandemi Covid-19.

"Semua riset dan inovasi digencarkan guna kemandirian produksi dalam negeri akan alat kesehatan, obat-obatan dan terapi, serta penunjang kesehatan lainnya,” ujar Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement