Sabtu 13 Feb 2021 12:36 WIB

Tantangan Wakaf dan Belajar dari Sejarah Wakaf di Mesir

Wakaf punya peran penting dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tantangan Wakaf dan Belajar dari Sejarah Wakaf di Mesir. Ilustrasi Wakaf Uang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tantangan Wakaf dan Belajar dari Sejarah Wakaf di Mesir. Ilustrasi Wakaf Uang.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Syafiq A Mughni menyampaikan bahwa banyak tentangan wakaf tunai di Indonesia. Untuk dijadikan pelajaran bersama, ia juga menceritakan sejarah wakaf di Mesir yang diambil alih pemerintah sehingga terjadi pelemahan lembaga wakaf. 

"Sekarang kita memiliki banyak sekali tantangan di dalam persoalan wakaf tunai ini, misalnya kita melihat ada tantangan kesadaran masyarakat," kata Prof Syafiq saat Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Wakaf Tunai Untuk Pemberdayaan dan Kesejahteraan Umat yang digelar secara virtual, Jumat (12/2) malam.

Prof Syafiq bersyukur karena Indonesia adalah negara yang cukup baik kesadaran masyarakatnya dalam bersedekah dan berinfak. Sehingga wakaf juga tidak sulit untuk ditemui di berbagai tempat dan berbagai masyarakat Islam. 

"Kemudian ada tantangan kepercayaan, apakah kita bisa mempercayakan kepada sebuah lembaga, karena harus dilihat kinerja dari sebuah lembaga untuk menjadi nadzir," ujarnya. 

Ia menerangkan, ketika tidak ada orang atau lembaga yang bisa dipercaya untuk mengembangkan wakaf. Mungkin orang yang akan melaksanakan wakaf akan terkendala karena tidak ada kepercayaan.

Prof Syafiq juga menceritakan ada tantangan yang bersifat politik, contohnya sejarah wakaf di Mesir pada zaman Muhammad Ali Pasha menjadi gubernur di Mesir. Saat itu ada satu kebijakan politik yang dikenakan kepada lembaga-lembaga wakaf, bahkan kepada tanah wakaf yang cukup luas dan banyak di Mesir. "Ali Pasya menarik pajak yang cukup tinggi terhadap tanah tanah wakaf tersebut, kemudian menguasai badan wakaf dari Al-Azhar itu," ujarnya.

Di masa itu, diceritakan Prof Syafiq, terjadi pelemahan pimpinan umat, tokoh masyarakat dan lembaga Islam. Karena mereka harus membayar pajak yang cukup tinggi. Kemudian badan wakaf yang cukup besar yaitu Al-Azhar diambil alih oleh pemerintah. Sehingga semuanya dikuasai oleh pemerintah.

Kemudian ada pelemahan di tingkat masyarakat dan di tingkat lembaga-lembaga sosial keagamaan. Pengambilalihan ini adalah kebijakan politik yang cukup memberatkan lembaga-lembaga Islam.

Ia mengingatkan bahwa di Indonesia juga tentu masih banyak tantangan untuk mengembangkan wakaf. "Tentu di negara kita akan banyak sekali atau masih ada banyak tantangan yang harus diselesaikan," ujarnya. 

Ia juga mengatakan bahwa wakaf punya peran penting dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Tetapi saat ini perlu mengkaji kembali persoalan-persoalan wakaf, konsep wakaf tunai, dan aplikasinya. Inilah tantangan-tantangan yang perlu dihadapi bersama.

Prof Syafiq mengatakan, pemerintah telah meluncurkan program wakaf, maka sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan masyarakat madani di Indonesia, masing-masing punya kepentingan untuk memanfaatkan dana wakaf dari masyarakat. Supaya memberikan dampak yang sangat positif bagi kehidupan masyarakat di masa-masa yang akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement