Senin 08 Feb 2021 19:40 WIB

Pentingnya Menjaga Tradisi Berkisah

Sekitar 80 persen  isi   kandungan Alquran adalah  kisah-kisah.

Pengurus PUAD Master Depok bercerita di hadapan anak muridnya.
Foto: ist
Pengurus PUAD Master Depok bercerita di hadapan anak muridnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muslich Taman

Penting bagi setiap orang tua untuk mencari strategi yang tepat  dalam menyampaikan nasehat tentang nilai-nilai kebaikan kepada  anak-anaknya. Begitu juga para  guru kepada  murid-muridnya. Strategi yang membuat anak merasa nyaman dan senang mendengarkan nasehat yang disampaikan, sekaligus dapat menerima inti pesan yang ada. Lalu, mau menerapkannya dalam  kehidupan.

Menurut sebuah hasil penelitian, salah satu strategi yang tepat dan jitu terkait hal di atas adalah berkisah. Melalui berkisah, seseorang pada umumnya merasa senang dan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan. Pada  saat yang sama, dia tidak merasa digurui. Dan karena itu pulalah, menurut para ahli tafsir, yang menjadi salah satu  alasan, kenapa Alquran  banyak berisi kisah-kisah dalam penyampaian  pesan-pesannya  kepada umat manusia.

Dijelaskan dalam  surat Al-Kahfiayat 13, Allah berfirman: 

نحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

“Kami mengisahkan untukmu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”  

Ibnu Katsir dalam  kitab  tafsirnya  mengatakan, bahwa ayat ini termasuk ayat yang menjadi dasar tentang pentingnya memanfaatkan kisah sebagai sarana untuk memaparkan tujuan sesuatu dan menjelaskannya.

Begitu juga Imam Asy-Sya’rawi, terkait hal ini ia mengatakan, bahwa sebaik-baik kisah adalah kisah Alquran. Ia mampu menjelaskan kejadian yang ada dengan cermat dan menggambarkan peristiwa secara tepat. Karena  itu, dalam sejarah Islam dikenal  adanya para ahli  kisah yang memiliki  keahlian  khusus  menjelaskan  kepada  masyarakat   sebuah  peristiwa yang ada dengan detil dan  jelas.

Manfaat metode berkisah yang diterapkan Alquran, dikuatkan pula hasil penelitian tiga orang berkebangsaan Jerman, H.G. Wahn, W. Hesse, dan U. Schaefer, yang menyatakan bahwa, kisah  merupakan media sangat  efektif dan menarik untuk  menyampaikan  pelajaran dan nasehat kepada anak-anak.  Anak-anak yang sering diceritakan kisah  pada  umumnya tumbuh menjadi anak yang lebih pandai, lebih tenang, lebihterbuka, dan lebih seimbang kepribadiannya.

Di era digital akhir-akhir  ini, kegiatan  berkisah di mata anak-anak  tidak popular lagi. Sejak bangun tidur hingga beranjak menuju  tempat tidur lagi, anak-anak lebih banyak disuguhi game yang ada di gadget, atau tayangan-tayangan televisi yang acapkali  tidak  tepat, bahkan merusak dan meracuni kepribadian anak.

Padahal, kegiatan berkisah yang bisa dilakukan oleh orangtua, ayah atau ibu, sebetulnya menjadi pilihan tepat yang memikat hati  mereka juga mendatangkan banyak manfaat. Berkisah bisa menjadi momentum  terbaik untuk mempererat  ikatan batin dan komunikasi antara orangtua dan anak, atau antara guru dan peserta  didik.

Dengan  mendengarkan   kisah, khususnya  kisah   kepahlawanan para orang mulia, dapat  mengasah ketajaman daya pikir dan imajinasi. Ia dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang dibaca atau  didengarkan. Ia juga dapat  membayangkan  seperti apa  tokoh-tokoh, atau situasi dan  kondisi yang muncul dari cerita  tersebut. Dengan demikian, anak dapat terlatih kreativitasnya.  Kisah juga merupakan model yang efektif untuk  menanamkan berbagai  nilai moral (karakter) dan etika kepada  anak-anak para peserta didik.

Kenyataan di atas  dicontohkan  sendiri  secara  langsung  oleh Allah SWT dalam Alquran   ketika Dia  menyampaikan pelajaran dan pesan-pesan syariat-Nya kepada segenap hamba-Nya melalui para Rasul-Nya. Prof  Dr  HM  Roem Rowi, MA, seorang ulama dan guru besar Ilmu Alquran menyatakan, bahwa  sekitar 80 persen  isi  kandungan Alquran adalah  kisah-kisah.

Lebih lanjut Profesor Roem Rowi  memberi  alasan mengapa kisah-kisah tersebut mendominasi isi Alquran.  Beliau  menjelaskan, “Karena, metode kisah itu merupakan cara yang paling disenangi orang, paling memesona, dan paling mengena. Bukan hanya anak TK yang menyukai kisah, orang tua pun terpesona dengan kisah. Jadi, satu cara penyampaian pesan yang paling mengena itu adalah dengan kisah.”

Maka, di saat pandemi  seperti ekarang ini, di mana banyak orangtua lebih sering di rumah, hendaknya memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya, untuk lebih mendekatkan diri dengan anak-anak. Caranya, terutama dengan berkisah dan bercerita kepada mereka tentang kesuksesan orang-orang hebat dalam berjuang di jalan Allah. Hal itu penting  untuk memotivasi anak-anak agar menjadi para pejuang kebaikan.

Wallahu a`lam bishshawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement