Sabtu 06 Feb 2021 20:56 WIB

Nyaman Belajar di Rumah

Di dapur anak mengamati proses perubahan bahan makanan dari mentah menjadi matang

Sejumlah siswa mengerjakan modul pembelajaran di rumah mereka di Manila, Filipina. REUTERS / Eloisa Lopez
Foto: REUTERS / Eloisa Lopez
Sejumlah siswa mengerjakan modul pembelajaran di rumah mereka di Manila, Filipina. REUTERS / Eloisa Lopez

Oleh Maria Kurniawati

REPUBLIKA.CO.ID,Dunia anak tidak akan pernah habis untuk dipelajari dan ditelaah sebab  sisi-sisi menarik yang menginspirasi. Anak menurut National Association for Education of Young Children (NAEYC) adalah mereka  yang berada di rentang usia 0-8 tahun. Kegemaran anak adalah bermain, namun tidak banyak  orang yang mengakui kalau anak belajar banyak hal dari kegiatan bermainnya itu. 

 Fiderisnur, seorang pakar pendidikan anak usia dini,  mengemukakan bahwa, “Melalui  kegiatan bermain anak mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya.” (Fidesrinur. 2018: 33).

Froebel,  sebagai pencetus sekolah taman kanak-kanak,  menyatakan bahwa ”Bermain sebagai metode yang tepat untuk membelajarkan anak dan merupakan cara anak dalam menirukan kehidupan di sekelilingnya,”  menguatkan cara anak belajar. Lebih jauh, Yusuf sebagai pemerhati pendidikan anak usia dini, menjelaskan bahwa  “Bermain dipandang sebagai kerja otak sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya.” (2018: 10).  

Esensi anak  adalah selalu  aktif melakukan percobaan serta menganalisis apa yang ada di sekelilingnya. Tokoh pendidikan untuk anak usia dini seperti Piaget dan Vygotsky menyatakan  bahwa anak sebagai pembangun pengetahuan yang aktif memperoleh pengetahuan dari pengalaman yang mereka alami saat beraktivitas dan bermain. Pengetahuan anak adalah hasil pemahaman anak itu sendiri terhadap segala sesuatu yang terjadi  saat mereka beraktivitas  dan berinteraksi. 

Anak usia dini masih berkutat di awal tahapan belajarnya. Mereka lebih cepat memahami hal-hal yang konkret. Mereka menggunakan panca indera mereka untuk mengeksplorasi benda dan lingkungan di sekitarnya.. Di rumah orang tua juga mampu menghadirkan suasana belajar sambil bermain. Dengan menggunakan semua benda yang ada di lingkup rumah anak dapat belajar banyak hal.

Orang tua bisa memberdayakan rumah sebagai sumber belajar. Semisal belajar membaca, mereka bisa meletakkan kertas bertuliskan nama benda di benda tersebut (tulisan pintu di pintu, tulisan piring di piring dan seterusnya). Anak akan membaca dan memahami kegunaan benda tersebut secara  cepat dan menyenangkan

 Mengajak anak menata ulang ruang tamu sambil belajar mengelompokkan benda, menghitung, posisi atau tata letak. Dalam proses menata ulang akan ada stimulus mengemukakan pendapat, menyatakan persetujuan atau menolaknya. Kemampuan motorik anak juga terasah, sebab mereka mengangkat, memindahkan, memegang, menarik, dan gerakan lainnya.

Belajar dari hewan kesayangan bisa sangat menyenangkan. Orang tua bisa mengajak anak-anaknya mengamati kucing yang mereka pelihara. Dimulai dengan memegang kucing, ibu atau ayah bisa menanyakan tentang tekstur bulu, warna, ukuran kemudian diperluas dengan apa yang dimakan, kebiasaan kucing dan seterusnya. Antusiasme anak-anak akan mendorong mereka untuk bertanya dan berdiskusi. Secara perlahan mereka memasukkan pengetahuan bagaimana kucing merawat dirinya, berkembang biak, bergerak dan hal-hal penting lainnya. 

Dapur bukan tempat untuk dihindari. Saat anak dan orang tua memberdayakan dapur sebagai sumber belajar, anak akan mempelajari  banyak peristiwa  yang bersifat saintifik dan matematik. Kegiatan memasak bersama dimulai dengan membaca isi dan instruksi resep, dilanjutkan dengan eksplorasi bahan dan bumbu. Proses pengolahan bahan dan bumbu pasti mendorong anak untuk terlibat. Di dapur anak mengamati proses perubahan bahan makanan dari mentah menjadi matang.

Anak-anak juga bisa belajar saat menjatuhkan sebuah gelas. Ketika anak menjatuhkan gelas, orag tua  seyogyanya memastikan keselamatan anak terlebih dahulu, kemudian mengajak anak untuk mengamati bagaimana cara membereskan pecahan kaca. Dari kejadian gelas yang pecah tersebut, anak akan memahami bahwa semua benda yang berbahan kaca akan pecah saat jatuh. Pengetahuan akan kerapuhan benda yang berbahan kaca tersebut akan memberi peringatan untuk lebih berhati-hati saat memegang barang pecah belah.

Halaman rumah sangat memungkinkan untuk dieksplorasi. Menanam ulang tanaman, mencabut hama rumput, memberi pupuk organik, atau memetik hasil tanaman akan sangat menarik bagi anak. Orang tua bisa juga mendirikan tenda di halaman dan memberi pengalaman hidup di alam pada anak. Perubahan dari siang, malam, dan pagi, kapan matahari terbit dan tenggelam, kapan ada bulan dan bintang tentu menjadi pengalaman yang mengasyikkan bagi anak.

Di halaman tersedia banyak batu, ranting, daun, biji dan benda-benda yang lain. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dengan benda-benda tersebut, seperti menyusunnya menjadi huruf, angka, kata, gambar, atau bentuk-bentuk lainnya. Orang tua dan anak bisa mewarnai batu dan menyusun taman kecil. Ranting dan dahan bisa dimanfaatkan menjadi tanaman hias buatan. Biji-bijian bisa diubah menjadi kalung untuk menghiasi pot tanaman. 

Saat membersihkan rumah bersama adalah saat yang tepat bagi orang tua untuk membiasakan kebersihan secara nyata. Bagi anak, meniru kegiatan orang tua adalah hal yang menyenangkan, apalagi dengan tersedianya sapu dan alat kebersihan sesuai ukuran anak. Memberikan kepercayaan pada anak untuk mandiri dalam kegiatan bersih diri juga memfasilitasi kemampuan anak memahami terjadinya gelembung sabun, air yang mengalir, dan hal-hal lain.

Memberi pendidikan memang tugas pertama dan utama dari setiap orang tua. Pelimpahan tugas itu mereka dapat saat detik pertama kelahiran anak mereka. Membersamai anak dalam proses tumbuh kembangnya akan memberi energi positif pada anak itu sendiri. Hubungan yang terjalin oleh darah dan komunikasi yang terbangun secara intens akan mampu membawa anak meraih hasil terbaik mereka.  Menjadi anak yang mandiri, mampu secara akademik dan berbudi pekerti halus adalah harapan bagi semua orang tua. Dengan ketulusan yang tinggi saat menjadi guru yang pertama dan utama tentu memberi kenyamanan  belajar bagi anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement