Sabtu 06 Feb 2021 12:05 WIB

Tren Menulis di Masa Pandemi

Kegiatan menulis menjadi salah satu alternatif favorit PPKM

Menulis/Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Menulis/Ilustrasi

 

Sariningsih (Manajer Penerbit Leguty Media)

REPUBLIKA.CO.ID, Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengusir kebosanan di masa pandemi, salah satunya adalah menulis. Selain tanaman yang booming, ternyata bidang literasi juga menunjukkan performa yang bagus. Ketika sosialisasi pembuatan ISBN dengan sistem terbaru, pihak Perpusnas menyampaikan bahwa minat orang untuk menulis buku naik tiga kali lipat saat pandemi. Artinya, kegiatan menulis menjadi salah satu alternatif favorit ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Sebagai salah satu orang yang bergerak dalam bidang literasi, saya sangat mensupport kegiatan menulis. Menurut saya, ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi orang-orang kembali menggemari bidang literasi. Di masa pandemi ini, orang-orang mempunyai banyak waktu luang di rumah. Jelas karena memang ke luar rumah sangat tidak disarankan di masa pandemi seperti ini.

Rasa bosan dengan aktivitas harus dilawan dengan kegiatan positif. Tentunya, menulis adalah kegiatan positif yang terbukti efektif melawan kebosanan yang dialami selama pandemi. Dengan menulis kita bisa mengungkapkan tentang pikiran, ide, dan perasaan yang kita rasakan.

Dengan mengungkapkan gagasan, banyak orang bisa lebih menerima keadaan dan mensyukuri berbagai hal yang terjadi dalam kehidupannya. Inilah kenapa menulis disebut dapat memberi dampak positif pada kesehatan mental si penulis.

Silakan dicoba, ketika menulis semua perasaan yang dirasakan selama pandemi di laptop atau pun di buku, maka tingkat kecemasan akan berkurang. Menulis dapat membantu kita meluapkan emosi yang sedang Anda rasakan dan pendam, terutama emosi negatif, seperti kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan. Dengan cara ini, Anda akan merasa tenang, sehingga terhindar dari stress dan kecemasan berlebih. Karena Ketika menulis seseorang cenderung dalam keadaan tenang dan berpikir rasional.

Tidak hanya mengusir kebosanan, ternyata menulis juga disarankan untuk kamu yang mengalami stres dengan beban pekerjaan. Ketika menuliskan beban tersebut dalam kata, orang cenderung akan lebih lega. Jika seseorang mendapatkan persoalan yang sama, maka dia akan lebih tegar menghadapi berbagai persoalan yang terjadi. Sedemikian hebat manfaat menulis membuat orang bisa memecahkan masalahnya dengan lebih baik. 

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk memulai menulis? Media apa yang bisa digunakan untuk menulis?

Ada beberapa jawaban, pertama pilih media yang membuat kita nyaman. Yang paling sederhana adalah menulis di media sosial, misalnya Facebook, Instagram, atau pun Twitter. Hampir setiap orang mempunyai media sosial kan? Jadi ini pilihan paling mudah untuk memulai menulis. Bahkan ada seorang teman yang berhasil membukukan status media sosialnya menjadi sebuah buku. Keren kan?

Coba bayangkan, kalau sehari menulis minimal satu status. Kalau satu tahun Sudah 365 tulisan. Tinggal dipoles lagi agar menjadi buku yang sempurna. Untuk menjadikan stastus media sosial sebagai bahan untuk membuat buku, maka di awal harus membuat tulisan yang terkonsep. Tema apa yang akan ditulis. Apakah parenting, bisnis, kuliner, ataupun travelling. Menarik bukan untuk dicontoh? Jadi curhatan kita menjadi curhatan yang positif dan bermanfaat.

Pilihan kedua menulis artikel di media massa. Untuk orang-orang yang membutuhkan ruang publik lebih luas, maka media massa cocok menjadi pilihan untuk menulis. Penulis bisa memberikan sikap atas berbagai peristiwa yang terjadi, bisa pro atau kontra. Misal bagaimana memberikan hukuman bagi mereka yang menolak vaksin. Mau menolak dengan wacana tersebut, atau justru pro dengan wacana itu. Semua bebas diungkapkan melalui tulisan.

Beberapa media bahkan memberi sharing fee untuk penulisnya. Besarnya sharing fee bervariasi, bisa puluhan ribu atau bahkan jutaan per artikel. Tergantung jam terbang penulis. Lumayan kan, sekali mendayung, dua, tiga pulau terlampaui. Kita bisa menulis, dapat uang, sekaligus mempublikasikan karya di media nasional maupun lokal. Tentu, itu prestasi yang luar bisa.

Tentunya untuk menulis artikel butuh napas yang lebih panjang dengan latihan yang konsisten. Seorang penulis artikel wajib mempunyai wawasan luas dan gagasan yang matang, sehingga tulisannya bisa diterima redaksi dan juga dibaca masyarakat. Kita bisa mengikuti pelatihan penulisan yang diadakan beberapa penerbit atau pun komunitas menulis. Pelatihan tersebut berguna untuk mengasah kemampuan penulis. Biasanya akan diajarkan tips dan trik bagaimana membuat tulisan yang baik dan diterima media.

Nah, yang ketiga, pilihan yang menyenangkan adalah mengikuti event atau lomba menulis yang diadakan berbagai instansi. Bisa swasta maupun pemerintah. Informasi ini biasanya di-publish di komunitas menulis, atau langsung dari sebuah instansi. Sebagai seorang yang ingin mengikuti lomba menulis, penulis harus mengikuti ketentuan lomba. Supaya karya kita tidak numpang lewat saja. Bagi siswa dan mahasiswa pun kesempatan terbuka lebar, sebab banyak event lomba yang dibuat untuk tingkat ini. Instansi pemerintahan juga sering mengadakan lomba untuk masyarakat umum.

Jadi, kapan mulai menulis?

 

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement