Kamis 28 Jan 2021 14:49 WIB

Pemuda Memiliki Peran Selesaikan Masalah Bangsa

Ada empat kunci yang bisa dilakukan pemuda untuk mulai berani berkarya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
dr Gamal Albinsaid.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
dr Gamal Albinsaid.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagai negara dengan berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat, Indonesia memiliki begitu banyak masalah ketidakadilan sosial. Hal ini meliputi kesenjangan dari berbagai aspek seperti ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan.

CEO Indonesia Medika, dr Gamal Albinsaid mengatakan, hari ini kekayaan empat orang di Indonesia masih sama jumlah kekayaan 100 juta penduduk. Ini merupakan suatu kesenjangan ekonomi yang berimbas terhadap garis kemiskinan penduduk.

Lalu, stunting menimpa satu dari setiap empat anak di Indonesia akibat naiknya indeks kelaparan global yang sudah di level serius. Kemudian, banyak ditemukan infrastruktur pendidikan rusak, kesejahteraan guru tidak memadai, dan lain-lain.

Tapi, kata Gamal, Indonesia justru memiliki tiga hal yang berpotensi mengatasi masalah itu. Potensi ada di penetrasi bangsa yang semakin sadar atas keberadaan teknologi, bonus demografi dan berimbas ke proporsi penduduk usia produktif.

"Serta, peran dari pemuda-pemuda yang berani mengambil tanggung jawab moral untuk menyelesaikan masalah bangsa," kata Gamal, dalam mentoring akbar yang diselenggarakan Jamaah Al Ghuroba FMIPA Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Ia menilai, peran pemuda ibarat saham besar yang berguna untuk membangun tinta emas perjalanan bangsa. Ia mencontohkan, peran Bung Tomo, Muhammad Yamin, dan Chaerul Saleh yang pada masa mudanya berani mengambil risiko demi kemerdekaan.

"Dalam pengaplikasiannya saat ini, ini lebih sering dikenal dengan istilah millennials takeover yaitu suatu keadaan di mana anak-anak muda mulai berani mengambil alih kepemimpinan dunia," ujar inisiator Garbage Clinical Insurance tersebut.

Ia berpendapat, jalan kepemimpinan merupakan jalan penderitaan, dan jadi proses berpikir dengan sikap rela berkorban dan mengesampingkan kepentingan individu. Ini akan memunculkan pemimpin yang dihasilkan orang-orang berprestasi terbaik.

Gamal mencontohkan, BJ Habibie rela meninggalkan kenyamanan pribadi di Jerman dan pulang untuk membangun Indonesia. Itu menjadi contoh pentingnya pemimpin membangun harmoni berupa pengabdian yang tidak buta ke permasalahan rakyatnya.

Lalu, Muhammad Al Fatih menjadi contoh lewat kesuksesannya menembus benteng pertahanan Byzantium untuk menaklukkan Konstantinopel. Bahkan, saat 25 tahun Al Fatih sudah memimpin pasukan menaklukkan Konstantinopel kepada Utsmaniyah.

Gamal menekankan, ada empat kunci yang bisa dilakukan pemuda untuk mulai berani berkarya dan mengabdi kepada negeri. Poin pertama yang disampaikan kompetensi, jadi harus ada keahlian khusus mengetahui yang bisa dilakukan bagi masyarakat.

Kemudian, harus memiliki portofolio karya nyata dan ini buah pengejawantahan atas kompetensi yang dimiliki. Terakhir, membuat karya-karya akhirnya mendapat apresiasi yang diakui publik, sehingga membawa manfaat kepada kelompok lainnya.

"Kalian ibarat matahari terik yang muncul pukul 12 siang, paling terang, paling benderang dan paling membara. Jadi, jangan biarkan masa muda ini berlalu begitu saja tanpa karya-karya yang berprestasi dan memesona," kata Gamal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement