Ahad 24 Jan 2021 05:38 WIB

Belajar dari Imam Masjid Buat Ben Jadi Mualaf

Omar Benjamin Spekman mantap mengucapkan kalimat syahadat

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Omar Benjamin Spekman
Foto: Istimewa
Omar Benjamin Spekman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Omar Benjamin Spekman mantap mengucapkan kalimat syahadat pada tahun 2016 sendiri di Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia tahun 2016. Lelaki yang akrab disapa Ben sampai sekarang merasa masih belajar tentang Islam dan merasa damai.

Ben lahir di Apeldoorn, Belanda. Sejak kecil, Ben mengikuti agama sang ayah yang non-Muslim. Dia sering ke gereja belajar agama atau sekadar bermain bersama temannya. Sampai tahun 2014, Ben pindah ke Den Haag untuk bekerja. Kebetulan, bos Ben adalah warga Indonesia dan sering mengajak Ben pergi ke masjid di Den Haag. Sebagai seorang yang berdarah Belanda-Indonesia, Ben merasa ada kedekatan tersendiri dengan bosnya.

“Awalnya aku iseng-iseng aja ikut bos aku ke masjid dan belajar agama Islam. Tapi beberapa waktu kemudian, aku tersentuh dan menurut aku agama Islam menarik,” kata Ben kepada Republika.co.id, Sabtu (23/1).

Rasa ketertarikannya membuat dia lebih giat belajar tentang Islam. Sebelumnya, Ben juga belajar agama lain. Namun, hanya Islam yang membuat dirinya menjadi sangat tertarik dan ingin tahu lebih banyak hal dari perspektif Islam. Terlebih, Ben menyukai cara pengajaran sang Imam.

“Saat aku di Den Haag, imam yang mengajarnya enak. Penjelasan dia menurut aku masuk akal buat aku sebagai orang tidak beriman. Dia mengajarkan Islam itu damai,” ujar dia.

Mulai dari situ, Ben mulai belajar membaca Alquran sampai belajar praktik ibadah seperti sholat. Dia sangat merasa tenang mengisi waktunya belajar tentang Islam. Namun, butuh waktu agar Ben menjadi mualaf.

Tahun 2016 menjadi pijakan baru baginya. Karena mengenyam pendidikan di Indonesia, Ben hidup seorang diri di Depok. Selama menjadi mahasiswa, Ben masih belajar tentang Islam. Kebetulan di kampusnya, dia sering datang ke masjid. Setelah tiga tahun belajar, dia akhirnya mantap untuk memutuskan menjadi mualaf.

“Aku sering ke masjid di sana dan aku pikir itu masjid yang indah. Jadi saat itu, aku segera memutuskan bisa tidak imam di sana membantuku menjadi mualaf. Aku senang bisa mengucapkan syahadat di sana,” ucap dia.

Sekarang, sudah hampir lima tahun Ben menjadi mualaf. Ritual ibadah masih terus berjalan dan dia tidak berhenti belajar tentang Islam. Bahkan, saat Ramadhan tiba, Ben ikut puasa sehari penuh. Apalagi, momen lebaran, menurut dia itu momen paling indah sambil mendengar takbir dari masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement