Jumat 22 Jan 2021 01:55 WIB

BPPT Bantu Rekayasa Pengapung untuk N219 Amfibi

BPPT membantu merekayasa untuk pengapung pada pesawat N219.

Pesawat N219, di Hanggar PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Bandung.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pesawat N219, di Hanggar PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membantu dalam melakukan rekayasa untuk float atau pengapung pada pesawat N219 varian amfibi, yang menjadi salah satu program prioritas BPPT pada 2021.

"Kita melakukan desain dan rekayasa untuk floater-nya untuk pendarat di air," kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dan Rekayasa (TIRBR) BPPT Wahyu Widodo Pandoe dalam dalam konferensi pers Outlook BPPT 2021 dan Capaian BPPT 2020, Jakarta, Kamis (21/1).

N219 amfibi merupakan salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024. Prioritas riset itu dikoordinasikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Terkait pengembangan pesawat itu, BPPT berperan untuk melakukan pendampingan pada program prioritas riset Lapan tersebut.

Selain itu, BPPT juga akan membantu untuk pencarian lokasi-lokasi pendaratan yang potensial bagi pesawat tersebut di Indonesia. "Kita juga membantu mencarikan lokasi-lokasi yang ideal untuk melakukan pendaratan di perairan Indonesia," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan pesawat N219 amfibi ditargetkan bisa uji terbang sebelum 2023. "Targetnya sebelum 2023 itu sudah bisa uji terbang," kata Thomas.

Thomas menuturkan float atau pengapung pada pesawat amfibi tersebut dibuat dari bahan komposit.

Pengembangan pesawat N219 amfibi diperlukan untuk konektivitas pulau-pulau terpencil dan khusus destinasi wisata di mana daerah-daerah itu tidak mempunyai landasan di darat. Pesawat amfibi N219 dibuat untuk bisa lepas landas baik di darat maupun di perairan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement