Kamis 21 Jan 2021 23:19 WIB

KH Abdurrahman Syamsuri Gigih Tumpas Belanda dan PKI  

KH Abdurrahman Syamsuri pernah berjuang tumpas Belanda dan PKI

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
 KH Abdurrahman Syamsuri pernah berjuang tumpas Belanda dan PKI.
Foto: Dok Istimewa
KH Abdurrahman Syamsuri pernah berjuang tumpas Belanda dan PKI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – KH Abdurrahman Syamsuri merupakan seorang ulama karismatik dari Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Ia adalah merupakan tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi santri pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.

Salah satu santri Kiai Abdurrahman Syamsuri, Ustadz Muhammad Ziyad mengatakan, Kiai Abdurrahman merupakan seorang ulama besar Muhammadiyah yang unik sekali. Karena, gurunya tersebut mempunyai sanad keilmuan kepada Kiai Hasyim Asy’ari.

Baca Juga

“Beliau itu muridnya langsung hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Tetapi, Kiai Abdurrahman Syamsuri ini adalah tokoh Muhammadiyah Lamongan,” ujarnya saat dihubungi Republika belum lama ini.

Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah ini menjelaskan, meskipun aktif di Muhammadiyah Kiai Abdurrahman mempunyai silsilah mata rantai dengan para kiai NU dan menjalin persahabatan yang luar biasa. Sebagai santrinya, Ustaz Ziyad pun juga menjalin persahabtan dengan para kiai NU.

 

Nama lengkapnya adalah KH Abdurrahman Syamsuri bin Syamsuri bin Fadhil bin Sholeh bin Syahid bin KH Idris bin Kasno. Ia lahir dari keluarga santri di Desa Paciran, Lamongan, pada 1 Oktober 1925. Kakeknya bernama Kiai Idris, seorang kiai yang cukup terkenal di Kecamatan Paciran.   

KH Abdurrahman Syamsuri tidak hanya mengabdikan dirinya kepada agama, tapi juga kepada negaranya. Ia turut berjuang melawan penjajah bersama gurunya di Paciran, yaitu KH Mohammad Amin Mushtofa.

Kiai Amin merupakan seorang kiai kharismatik di Paciran sekaligus pelopor pemikiran Agama Islam Muhammadiyah. Kiai Amin juga dikenal sebagai seorang pejuang dan pernah menjadi komandan Laskar Hizbullah.

Ketika mendengar tantara Inggris akan mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945, Kiai Amin langsung menggelar rapat bersama para kiai di daerah Blimbing, Paciran. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement