Sabtu 16 Jan 2021 06:25 WIB

Pesantren Dinilai Perlu Dapat Prioritas Vaksinasi

Selama pandemi, banyak santri dan pengasuh pesantren terinfeksi Covid-19

Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 ke tenaga kesehatan di Laboratorium Klinik Bio Fit Health Centre, Jalan Supratman, Kota Bandung, Jumat (15/1). Sebanyak 1,48 juta tenaga kesehatan akan divaksin secara bertahap hingga Februari 2021 sebagai salah satu upaya untuk menekan jumlah tenaga kesehatan yang sakit bahkan meninggal saat bertugas menanggulangi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 ke tenaga kesehatan di Laboratorium Klinik Bio Fit Health Centre, Jalan Supratman, Kota Bandung, Jumat (15/1). Sebanyak 1,48 juta tenaga kesehatan akan divaksin secara bertahap hingga Februari 2021 sebagai salah satu upaya untuk menekan jumlah tenaga kesehatan yang sakit bahkan meninggal saat bertugas menanggulangi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kalangan pesantren seperti kiai dan santri dinilai perlu mendapatkan prioritas vaksinasi Covid-19. Sejumlah pihak di antaranya DPR dan Kementerian Agama (Kemenag) telah menyuarakan hal itu.

"Kami mendukung terhadap pandangan agar para kiai dan santri diprioritaskan untuk diberikan vaksin Covid-19," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily kepada Republika, Jumat (15/1).

Ia menilai, sangat mungkin para kiai dan santri mendapatkan prioritas vaksinasi Covid-19. Hal itu bisa terwujud, menurut Ace, jika Ke menag melakukan pendekatan kepada Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Harapan agar para kiai dan santri mendapat prioritas vaksinasi Covid- 19 juga disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani. Menurut dia, prioritas tersebut merupakan ikhtiar dalam pencegahan penyebaran Covid-19, khususnya di lingkungan pesantren.

Memprioritaskan kiai dan santri mendapatkan vaksin juga bermanfaat untuk menjaga keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan secara baik, khususnya untuk menghadapi pembelajaran tatap muka.

Kemenag mencatat, sebanyak 6.279 santri tertular Covid-19 di 81 ponpes di 52 kabupaten/kota sejak awal pandemi hingga 13 Desember lalu. Dari jumlah itu, sebanyak 6.237 berhasil sembuh. Kendati demikian, klaster-klaster penularan di pesantren hingga saat ini masih terus bermunculan.

Ketua Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) KH Abdul Gaffar Rozin sangat berharap vaksinasi terhadap para kiai, ustaz, dan santri dapat dilakukan segera setelah vaksinasi terhadap tenaga medis selesai. Hal itu, kata dia, sangat penting mengingat banyaknya santri dan pengurus pesantren yang sempat terinfeksi Covid-19.

Tokoh NU yang akrab disapa Guz Rozin ini mengatakan, RMI NU juga terus mendorong setiap pesantren untuk menaati protokol kesehatan (prokes) untuk mencegah penyebaran Covid-19. Untuk itu, pihaknya memberdayakan satgas pesantren dengan pendampingan RMI NU.

Selain itu, RMI NU dan Perhimpunan Dokter NU juga menyiagakan 90 dokter sukarelawan untuk mendampingi pesantren. Para dokter NU tersebut melayani konsultasi kesehatan santri dan pengurus pesantren, baik secara langsung maupun daring.

"Sampai saat ini, sudah 260 kiai-nyai wafat selama pandemi. Tentu tidak semua diakibatkan Covid, tapi angka ini sungguh tinggi sekali," katanya.

Sementara, Ketua Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) Prof KH Didin Hafidhuddin menegaskan, prioritas vaksinasi terhadap lingkungan pesantren harus bersamaan dengan adanya penjelasan yang komprehensif terkait kehalalan vaksin.

"Pada dasarnya para kiai pimpinan pondok pesantren tidak akan menolak untuk divaksinasi karena memang tujuannya baik. Hanya saja perlu penjelasan yang komprehensif dari pihak yang punya otoritas tentang kehalalan dan keamanan dari vaksin tersebut," kata dia.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menyatakan vaksin Covid-19 Sinovac halal dan suci. Vaksin ini juga sudah mendapat kan izin penggunaan darurat atau EUA dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "Penjelasan yang terbuka dan transparan ini sangat perlu untuk menjadikan ithmi'nan(tenang) semuanya," ucap Kiai Didin.

Pada saat yang sama, menurut dia, sosialisasi dan edukasi mengenai vaksin Covid-19 juga perlu terus dilakukan kepada masyarakat. "Iya, supaya masyarakat yakin, akhirnya sadar sendiri. Tidak berada dalam suasana takut dan tertekan." (fuji e permana/andrian saputra/rossy handayani, ed: wachidah handasah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement