Jumat 15 Jan 2021 13:11 WIB

Sepanjang 2020, Ekspor Pertanian Tumbuh Double Digit

Kontribusi sektor pertanian terhadap kumulatif ekspor masih sangat kecil 2,52 persen

Rep: Adinda Pryanka / Red: Hiru Muhammad
Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memiliki Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Korporasi (ProPaktani) untuk peningkatan produksi dan ekspor agar sektor pertanian makin kuat sebagai penopang perekonomian nasional.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memiliki Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Korporasi (ProPaktani) untuk peningkatan produksi dan ekspor agar sektor pertanian makin kuat sebagai penopang perekonomian nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor produk pertanian pada 2020 mengalami pertumbuhan hingga double digit dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini berbeda dibandingkan sektor lain yang justru menurun maupun tumbuh tipis.

Sepanjang 2020, nilai total ekspor Indonesia adalah 163,31 miliar dolar AS. Dari total tersebut, ekspor sektor pertanian mencatatkan nilai 4,12 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan 13,98 persen dibandingkan 2019 yang mencatatkan nilai 3,61 miliar dolar AS.

Hanya saja, kontribusi sektor pertanian terhadap kumulatif ekspor masih sangat kecil, yakni 2,52 persen. Oleh karena itu, pertumbuhan double digit pertanian tidak memberikan dampak signifikan pada total ekspor yang masih mengalami kontraksi."Tapi, bagaimanapun, pertumbuhan positif dari ekspor pertanian adalah kabar menggembirakan," tutur Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual pada Jumat (15/1).

Sektor yang juga mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi ekspor adalah industri pengolahan. Kenaikannya tipis, 2,95 persen, menjadi 131,3 miliar dolar AS sepanjang 2020. Sektor ini masih menjadi kontributor terbesar, yakni 80,30 persen, terhadap total ekspor tahun lalu.

Sedangkan, ekspor pertambangan masih mengalami kontraksi. Pertumbuhannya negatif 20,70 persen sepanjang 2020 menjadi 19,75 miliar dolar AS. “Karena ada penurunan permintaan dan harga selama 2020,” kata Suhariyanto, menjelaskan alasannya.

Migas yang menyumbang sekitar lima persen dari total ekspor tahun lalu pun mengalami kontraksi. Kinerja ekspornya menurun hingga 29,52 persen, menjadi 8,31 miliar dolar AS pada 2020, dari 11,79 miliar dolar AS pada 2019.

Secara keseluruhan, kinerja ekspor pada 2020 masih mengalami pertumbuhan negatif 2,61 persen menjadi 163,31 miliar dolar AS. Kontribusi terbesar diberikan oleh lemak dan minyak hewan/nabati (13,37 persen) dan bahan bakar mineral (11,14 persen).

Meski kontraksi, Suhariyanto menyebutkan, penurunan yang hanya single digit ini masih terbilang baik mengingat situasi penuh tekanan sepanjang 2020. "Tahun 2020 merupakan luar biasa. Adanya pandemi menyebabkan permintaan turun dan sebagainya. Tapi, dengan penurunan 2,61 persen, sebetulnya posisi kita tidak seburuk yang dibayangkan," katanya.

Suhariyanto berharap, seiring dengan distribusi vaksinasi yang meluas dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, kinerja ekspor dapat terus membaik pada tahun ini.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement