Rabu 06 Jan 2021 07:11 WIB

Umroh tanpa Pembimbing

Sebuah kisah unik pergi umroh tanpa pembimbing

Ilustrasi Wisata Umrah
Foto:

Oleh : Bustanul Arifin, Akademisi/Kolomnis

Begitu melihat kita bawa koper gede-gede, banyak orang yang menawarkan jasa hotel atau penginapan, “Funduk...funduk..” Setelah negosiasi keras, dapatlah kita penginapan sederhana, di seberangnya Pasar Seng, mungkin sekarang dekat Clock Tower itu. Kita sambil bergumam, “Oo.. mungkin ini menjadi salah satu Maktab Jamaah Haji Indonesia”.  

Di kamar mandi, ada sabun bekas penghuni sebelumnya. Kita pakai saja, karena kita memang tidak membawa sabun. Setelah mandi-mandi dan ganti baju bersih, kita pergi ke Masjidil Haram, menggunakan celana dan kemeja atau T-shirt biasa, sambil menunggu waktu subuh.

Believe it or not, saya dan Kang Asep merasa tidak kuasa atau tidak sanggup menatap Ka’bah, Baitullah, “Rumah” Allah yang Mahagung. Mengapa? Kita sama sekali tidak mengikuti aturan fiqih atau tatakrama beribadah umroh. Pengalaman adalah guru terbaik. Kita tidak pakai baju ihram, tidak patuh aturan miqat, dll. Kita tidak membaca doa-doa yang dituntunkan Rasulullah SAW. 

Setelah shalat subuh, sambil memandangi keagungan Masjidil Haram dan merencanakan untuk cari sarapan, tiba-tiba ada pemuda Indonesia mendekat, ngajak ngobrol. Rupanya dia orang Madura, kelahiran Bondowoso yang sudah lama bermukim di Mekkah, mungkin memang berniat “membantu” jamaah umroh atau orang-orang bingung seperti kami berdua. 

Dia kasih saran kami untuk membeli baju ihram, kemudian naik taksi keluar Masjidil Haram dulu ke Ji’ronah, yaitu miqat bagi penduduk Makkah. Kita mulai berniat umroh, pakai baju ihram, shalat 2 rakaat di Masjid Ji’ronah dan kembali lagi ke Masjidil Haram. Saya lupa, apakah Pemuda itu ikut kita ke Ji’ronah apa tidak. 

Kang Asep panggil pemuda itu dengan “Ustadz”. Beliau merasa senang dan dihormati. Kita tentu memberikan tip sekadarnya kepada Ustadz. Kemudian, bismillah, kita mulai dengan thawaf dan sa’i, terus tahalul. Seingat saya, kita tidak sempat mencium Hajar Aswad, cuma mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar” sambil mengangkat tangan. Alhamdulillah, prosesi umroh sudah boleh dikatakan selesai. 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement