Selasa 05 Jan 2021 12:06 WIB

Jalankan Spionase, 10 WN China Ditangkap di Afghanistan

Afghanistan telah mengizinkan warga negara China tersebut pulang.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Afghanistan melepaskan 10 warga negara China yang ditangkap pada 10 Desember karena diduga mengoperasikan teror di ibu kota Kabul. Pemerintah pun telah mengizinkan 10 WN China tersebut meninggalkan negara itu, Senin (4/1).

Laporan Hindustan Times menyatakan, penahanan 10 warga negara China oleh Direktorat Keamanan Nasional (NDS) Afghanistan karena menjadi bagian dari rencana spionase pada 25 Desember. Afghanistan telah menawarkan untuk mengampuni mereka dengan syarat Beijing meminta maaf karena mengerahkan orang untuk memata-matai.

Baca Juga

Para diplomat dan pejabat keamanan di Kabul mengonfirmasi, mereka telah diizinkan untuk naik pesawat sewaan yang menerbangkan ke luar negeri pada Sabtu (2/1) menyusul izin dari Presiden Ashraf Ghani. Kelompok beranggotakan 10 orang ini dievakuasi setelah 23 hari dalam penahanan dan belum dituntut secara resmi.

"Tidak ada warga negara asing yang ditangkap dalam upaya operasi di daerah Khairkhaneh. Yang ditangkap adalah para palmadi yang berada dalam jangkauan. Beberapa dari mereka telah ditangkap karena dicurigai terlibat dalam penculikan dan pembunuhan," kata Wakil Presiden Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh.

Amrullah Saleh sebelumnya menyampaikan, tawaran ke Kabul untuk membebaskan 10 mata-mata tersebut kepada utusan China, Wang Yu. Dia meminta Beijing mengakui pelanggaran norma internasional dan pengkhianatan terhadap kepercayaan Kabul.

Badan keamanan Afghanistan percaya 10 tahanan itu membuat Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) palsu di Afghanistan untuk menjebak anggota kelompok itu di Afghanistan. ETIM adalah kelompok milisi kecil yang diduga aktif di provinsi Xinjiang, rumah bagi etnis minoritas Muslim Uighur di China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement