Selasa 05 Jan 2021 09:59 WIB

BNPT: Masyarakat Harus Katrol Kewaspadaan Terhadap Terorisme

Gambaran ini sebagai jendela dunia bahwa Kebhinekaan Indonesia ini nyata.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol,  Boy Rafli Amar
Foto: BNPT
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol, Boy Rafli Amar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bahaya penyebaran paham radikalisme di lingkungan masyarakat terus dilakukan BNPT mulai dari hulu hingga hilir. Peningkatan kewaspadaan ini terus dilakukan karena hingga kini masih meningkatnya narasi kebencian dengan konten propaganda yang tersebar di media sosial maupun kegiatan offline yang dinilai dapat memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Melihat dari catatan kejadian di tahun 2020, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menetapkan 228 orang yang dijadikan tersangka kasus terorime yang ditangkap dari berbagai daerah di Indonesia. Adanya kejadian tersebut menjadi bukti nyata bahwa kejahatan terorisme dan penyebaran paham radikal intoleran masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memberantas tuntas peham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. 

Untuk mewujudkan Indonesia yang damai dan sejahtera, seluruh unsur pemerintah dan masyarakat harus saling bahu membahu dan bekerjasama untuk meningkatkan kewaspadaan dalam rangka menghadapi radikalisme serta penanggulangan terorisme. Hal tersebut disampaikam Kepala badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar saat menjadi narasumber dalam program “Indonesia Bicara” di Stasiun Televisi Indonesia (TVRI) pada Senin (4/01) malam yang disiarkan secara langsung. 

Peningkatan kewaspadaan masyarakat dari ancaman terorisme sangat penting dilakukan karena efek kerusakan yang ditimbulkan akan membawa dampak dalam jangka pangjang, khususnya di lingkungan masyarakat yang menjadi lokasi ledakan maupun para korban. Melalui sosialisasi yang BNPT lakukan, diharapkan bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang upaya pencegahan aksi terorisme, penyebaran paham radikal intoleran yang ada di lingkungan masyarakat, sekaligus juga bisa menghilangkan 'stigma’ pada golongan tertentu agar bisa dihilangkan. Untuk mempermudah penanganan di lapangan, peran masyarakat juga diperlukan untuk membantu aparat penegak hukum untuk segera bertindak.

 

Walaupun situasi dan kondisi terpantau aman dan kondusif, kata Boy, kita harus tetap waspada dari berbagai ancaman. Hal itu, karena ancaman akan selalu mengintai kita dari berbagai arah dengan berbagai bentuknya. 

Ia mengatakan, partisipasi publik untuk mengetahui adanya penyampaian, adanya dugaan narasi-narasi intoleransi, dan apalagi radikal intoleran sangat dibutuhkan. Terlebih saat ini, media sosial telah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tersebut untuk menyebarkan ujaran kebencian dengan mempropaganda pengguna media sosial.

"Untuk itu, bila masyarakat mencurigai adanya hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsa, jangan ragu untuk menyampaikan kepada apparat agar dapat di deteksi,” ujar Boy. 

Ia menjelaskan, dalam menangkal terorisme, BNPT menerapkan strategi Kesiapsiagaan Nasional, Kontra radikalisasi, dan Deradikalisasi. Kesiapsiagaan nasional yang dimaksud Boy adalah siap siaga seluruh elemen masyarakat dari ancaman aksi terorisme dan bahaya paham radikal terorisme, sedangkan sasaran dari strategi kontra radikalisasi adalah masyarakat umum, pelajar, dan tokoh masyarakat.

"Ini bertujuan menanamkan nilai ke-Indonesiaan dan nilai kedamaian. Sementara sasaran strategi deradikalisasi yaitu kelompok radikal dan simpatisan, bertujuan menghentikan kekerasan dan teror," kata dia.

Selain itu, jenderal bintang tiga ini juga menekankan untuk meredam tingkat radikalisme bisa dilakukan dengan memaksimalkan kearifan lokal yang ternyata disukai oleh generasi muda, ini yang membuat kearifan lokal sangat efektif dilakukan.

Menurut dia, Indonesia merupakan negara yang memiliki suku, budaya, dan toleransi beragama yang tinggi. Boy mengatakan, gambaran ini sebagai jendela dunia bahwa Kebhinekaan Indonesia ini nyata. Kearifan lokal ini penting ditanamkan dan diterapkan sejak dini dalam keluarga, dari segi tutur lisan dan tata krama dalam lingkungan, serta melestarian budaya dan kesenian.

"Sehingga para generasi muda kita tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang bertentangan dengan ideologi bangsa. Untuk itu saya harapkan dengan sosialisasi ini masyrakat agar dapat lebih peduli dan waspada dalam berkehidupan sosial di lingkungan masyarakat,” kata Boy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement