Rabu 30 Dec 2020 22:46 WIB

Tim PPM UI Gelar Pelatihan Masalah Psikososial di Kalibaru

Tim PPM menggandeng petugas dasawisma untuk melatih masalah psikososial

Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Multidisiplin Universitas Indonesia menggelar sesi akhir kegiatan pelatihan untuk anggota dasawisma dan pengurus PKK Kelurahan Kalibaru, Cilincing Jakarta Utara, Sabtu (21/11). Dosen Departemen Geografi FMIPA UI Dr. Rokhmatuloh, M.Eng selaku ketua tim PPM menjelaskan bahwa kegiatan adalah tahun kedua di Kelurahan Kalibaru.
Foto: istimewa
Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Multidisiplin Universitas Indonesia menggelar sesi akhir kegiatan pelatihan untuk anggota dasawisma dan pengurus PKK Kelurahan Kalibaru, Cilincing Jakarta Utara, Sabtu (21/11). Dosen Departemen Geografi FMIPA UI Dr. Rokhmatuloh, M.Eng selaku ketua tim PPM menjelaskan bahwa kegiatan adalah tahun kedua di Kelurahan Kalibaru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Multidisiplin Universitas Indonesia menggelar sesi akhir kegiatan pelatihan untuk anggota dasawisma dan pengurus PKK Kelurahan Kalibaru, Cilincing Jakarta Utara, Sabtu (21/11). Dosen Departemen Geografi FMIPA UI Dr. Rokhmatuloh, M.Eng selaku ketua tim PPM menjelaskan bahwa kegiatan adalah tahun kedua di Kelurahan Kalibaru. 

Pada tahun lalu progam PPM yang bermitra dengan petugas dasawisma telah berhasil menyusun peta tematik detil kelurahan diantaranya peta batas RT/RW, peta sebaran jumlah penduduk, sebaran hunian dan jumlah balita. Adapun PPM  tahun 2020 dilaksanakan dengan skema multidisiplin yaitu kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dari Fakultas MIPA, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Fakultas Psikologi berupaya mengembangkan dan memanfaatkan peta risiko Covid-19. 

Bentuk pemanfaatannya berupa program intervensi masalah psikososial yang terdata dari proses pemetaan partisipatif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018, 2019) kepadatan penduduk Kelurahan Kalibaru adalah yang paling tinggi di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. 

Selain memiliki karakteristik wilayah permukiman yang padat, profil sosial ekonomi penduduknya sebagian besar bergantung pada sektor informal. Bagi pengelola wilayah setempat, menjadi tantangan tersendiri dalam mengelola wilayah padat penduduk dengan sejumlah masalah sosial yang terjadi seperti di Kelurahan Kalibaru. 

Ditambah kondisi pandemi Covid-19, bagi penduduk yang bekerja pada sektor informal kepastian akan besaran penghasilan menjadi semakin sulit. Ditambah banyaknya waktu yang harus dihabiskan di rumah saja selain menimbulkan kejenuhan yang jika tidak dikelola dengan tepat akan menganggu kesehatan mental seseorang.

Hal tersebut menurut koordinator kegiatan PPM Ratri Candra menjadi latar belakang pemilihan lokasi dan tema kegiatan dalam PPM ini. “Terkait pemilihan mitra, kami sepakat untuk tetap bekerjasama dengan petugas dasawisma” tutur Ratri. 

Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.22 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan PKK, petugas dasawisma berperan dalam melakukan pencatatan data keluarga secara menyeluruh baik yang berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik, mental spiritual maupun sosial ekonomi. Dengan pertimbangan tugas keseharian dasawisma, maka tim melihat sangat relevan jika menjadikan petugas dasawisma menjadi mitra utama dalam kegiatan PPM. 

Petugas dasawisma yang tahun lalu sudah dibekali dengan kemampuan melakukan pemetaan partisipatif, pada tahun ini akan dilatih dengan beberapa teknik intervensi masalah psikososial selama masa pandemi.

Herni Susanti, Skp, MN, PhD selaku anggota tim dan pemateri utama selama pelatihan, menjelaskan bahwa teknik yang dipilih dalam mengidentifikasi gejala gangguan mental emosional di Kelurahan Kalibaru menggunakan Self Reporting Questionnaire (SRQ)-20. Berdasarkan survey, sebanyak 10 persen responden yang mengisi kuesioner tersebut mengalami gangguan mental emosional. 

Berdasarkan SRQ-20, hasil tersebut dapat terbagi menjadi tiga kelompok gejala yaitu depresi, psikosomatis, dan ansietas (kecemasan). Pertama, rincian dari gejala depresi meliputi sering menangis (6,7 persen), sulit menikmati aktivitas (11,3 persen), sulit mengambil keputusan (9,3 persen), aktivitas terbengkalai (8,1 persen), tidak mampu berperan (6,9 persen), dan pikiran mengakhiri hidup (1 persen). 

Kedua, rincian dari gejala psikosomatis terdiri atas sering sakit kepala (18,8 persen), tidur tidak nyenyak (18,6 persen), gangguan pencernaan (8,3 persen), dan selalu merasa lelah (13,4 persen). Terakhir, rincian dari gejala ansietas mencakup kehilangan nafsu makan (7,5 persen), ketakutan (5,1 persen), cemas, tegang, atau khawatir (11,1 persen), tangan gemetar (3 persen), sulit berpikir jernih (8,1 persen), merasa tidak bahagia (8,3 persen), kehilangan minat (8,1 persen), merasa tidak berharga (5,1 persen), tidak enak di perut (12,8 persen), dan mudah lelah (22,1 persen).

Kegiatan pelatihan intervensi terbagi menjadi 3 sesi yang dilaksanakan selama bulan November 2020. Mengingat kondisi pandemi, seluruh rangkaian sesi dilakukan secara daring melalui zoom meeting maupun live streaming Youtube. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement